Pelaku Teridentifikasi, 30 Bom Molotov Ditemukan
SURABAYA - Buntut kericuhan di Ibukota Jakarta ternyata berimbas di Madura. Pertama, kerusuhan massa di sekitar Mapolres Pamekasan dan pembakaran Mapolsek Tambelangan, Sampang. Di kejadian pertama pada Rabu (22/5) ratusan orang dari berbagai wilayah di Pemakesan mendatangi Mapolres Pamekasan. Sebelum menuju mapolres, massa berkumpul di Alun-Alun Arek Lancor dan Masjid Agung Assyuhada, Pamekasan. Massa datang membawa sejumlah barang dan benda, antara lain bambu runcing, kayu balok, batu, dan senjata tajam seperti celurit. Aksi massa tersebut dilakukan karena merasa kecewa dengan hasil Pemilu dan menolak salah satu paslon yang menjadi pemenangnya. Bahkan, massa melempari petugas petugas yang saat itu sedang mengamankan aksi. Selain itu, massa semakin beringas saat mendapat informasi terkait salah satu peserta aksi yang tewas karena tertembak. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Sejumlah peserta aksi pun berhasil diamankan petugas. Kejadian kedua, aksi massa yang membakar Mapolsek Tambelangan, Sampang, hingga rata dengan tanah, meski tidak ada korban jiwa. Sementara, Forkopimda Jatim ikut mendatangi ke lokasi setelah mendapat laporan pembakaran mapolsek, Kamis (23/5). Dalam kejadian ini lima orang sudah terindetifikasi, dan petugas menemukan puluhan bom molotov siap pakai. Usai meninjau, Kapolda Jatim Irjenpol Luki Hermawan menceritakan bila dari olah tempat kejadian perkara (TKP) pihaknya menemukan sekitar 30 botol molotov di sekitar mapolsek yang belum terpakai. "Di TKP tim inafis dari Surabaya sudah ada dan segera melakukan identifikasi,” terang Luki. Selain bangunan yang ludes, Luki menyebut kebakaran juga menghanguskan 3 mobil dan 11 motor. Ada mobil dinas dua unit, kendaraan roda dua ada satu unit, dan 10 kendaraan pribadi. Pun ada satu mobil warga ikut terbakar," papar Luki ketika bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI R Wisnoe Prasetija Boedi. Selain melihat kondisi bangunan mapolsek, forkopimda juga berkoordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Koordinasi ini diharapkan mampu meredam aksi massa agar kejadian serupa tidak terulang. "Saya dibantu Ibu gubernur dan pangdam telah bertemu tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Sampang,” ungkap Luki. Ditegaskan Luki, bila kejadian ini tidak berkaitan secara langsung dengan pilpres. Namun, lantaran sejumlah massa dipicu kabar hoax hingga memicu kerusuhan. Kabar tersebut menyebutkan ada ulama dari Madura yang ditangkap saat aksi 22 Mei di Jakarta. “Massa muter-muter akhirnya datang ke mapolsek. ini terkait dengan beredarnya kabar terkait dengan penangkapan tokoh-tokoh Madura di Jatim dan penembakan-penembakan warga Madura di Jakarta," imbuh Luki. Ratusan massa pun akhirnya memaksa polisi untuk membebaskan ulama yang ditangkap di Jakarta. Namun, meski telah diterima baik di Mapolsek Tambelangan dan dijelaskan, massa tetap mengamuk dan melempari mapolsek dengan batu dan bom molotov. "Mereka meminta kapolsek untuk membebaskan. Itu diterima baik oleh kapolsek di sana. Nah setelah pulang dari mapolsek, nggak tau gimana ceritanya mereka langsung melempari batu dan molotov," imbuh Luki. Sedangkan untuk pengusutan kasus ini, akan ditangani oleh polda, dan menurut Luki sudah ada lima orang yang nantinya akan dipanggil untuk dimintai keterangannya. Untuk mendatangkan kelimanya, penyidik akan berkoordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. “Identitas kelima orang itu sudah kami kantongi, dan akan mengirimkan surat panggilan. Dari hasil koordinasi nantinya akan diantar tokoh agama atau tokoh masyarakat ketika dipanggil untuk dimintai keterangan,” pungkas Luki. (tyo/nov)
Sumber: