Kisah Pelukis Jalanan Simpang Surabaya, dari Otodidak Jadi Ladang Nafkah

Kisah Pelukis Jalanan Simpang Surabaya, dari Otodidak Jadi Ladang Nafkah

Surabaya, memorandum.co.id - Melukis menjadi rutinitas Imam Sudori (49), yang kerap memamerkan hasil karyanya di dekat bangunan cagar budaya Simpang Surabaya. Bapak tiga anak ini setiap hari membuka lapaknya di jalanan Simpang Surabaya. Imam yang bertempat tinggal di Jalan Mulyorejo gang Suparlan 1A setiap hari berangkat menuju lapaknya menggunakan sepeda onthel kesayangannya. Imam sudah menjadi pelukis di jalanan Simpang sejak tahun 2000-an. Seni melukisnya dipelajari secara otodidak, kegemarannya dengan seni lukis ditekuni hingga sekarang menjadi mata pencaharian. Lapak karya lukisnya mulai buka pukul 10.00 pagi - 17.00 sore. Dengan memamerkan berbagai lukisan beragam ukuran. Harga jasa lukis beserta bingkai dipatok mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 4 juta rupiah. "Harganya mulai dari Rp 250 ribu yang berukuran 40x50 dan Rp 4 juta rupiah untuk yang berukuran 1 meter x 90," ujar Imam saat ditemui Memorandum.co.id, Jum'at (27/11/2020) siang. Lukisan yang paling banyak dipesan berukuran 50x70 dengan harga Rp 350 ribu. Imam sanggup menyelesaikan satu karya lukis dengan estimasi 2 sampai 3 hari. "Biasanya satu lukisan 50x70 bisa selesai 2 sampai 3 hari, jika berukuran 1 meter lebih mungkin bisa 4 kurang lebih," ujar Imam sambil menggores kanvasnya. Pelanggan lukisan Imam mulai dari pekerja kantoran hingga mahasiswa. Biasanya datang saat waktu senggang jam makan siang atau sore hari saat akan perjalanan pulang. "Pekerja kantoran biasanya memesan untuk mengapresiasi rekannya yang naik jabatan, jika mahasiswa sering memesan untuk kado ulang tahun pacarnya," pungkas Imam.(x4)

Sumber: