Kemarin Menteri, Hari Ini Tahanan

Kemarin Menteri, Hari Ini Tahanan

Oleh: Ali Murtadlo Inilah kehidupan dunia. Kemarin begitu gagah. Melakukan perjalanan sebagai menteri ke AS mengunjungi Oceanic Institute of Hawai Pacific University di Honolulu. Menyaksikan penandatangan kerja sama budidaya udang. Dikawal ajudan dan teman. Menyapa ratusan nelayan Indonesia yang bekerja di kapal berbendera AS. Lalu, belanja-belanja. Rolex, sepeda, sepatu, tas koper Tumi, dan tas koper LV, baju Old Navy. Tahu berapa nilai belanjaannya? Kurang lebih Rp 750 juta. Pulangnya, tengah malam, dicokok KPK di Bandara Soekarno-Hatta, esoknya sudah berdandan tahanan KPK. Hidup ini aneh. Rodanya cepat berputar. Kemarin di awang-awang. Hari ini, di kolong sumur. Itulah yang menimpa Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang ditangkap KPK Rabu dini hari pukul 00.30. Dia jadi tersangka kasus suap ekspor benur atau benih lobster. Pada saat yang hampir bersamaan tim KPK juga menangkap istri Edhy, Iis Rosira Dewi. Anggota DPR dari Gerindra ini bersama suaminya langsung dibawa ke KPK. Belakangan Iis dibebaskan karena tak terlibat kasus suap ini. Sedang Edhy jadi tersangka dan pada saat turun dari tangga KPK sudah mengenakan baju tahanan KPK dengan tangan terborgol. Benaknya bertanya mimpi apa saya? Sambil pipinya ditepuk-tepuk. Ya, mimpi apa? Kemarin masih begitu gagah, tas dibawakan, hp selalu siap di tangan ajudan, mau duduk kursi dimundurkan, mau ke mobil, pintu dibukakan. Kemana pun pergi, lalu lintas disibak oleh patwal. Tot ..tot..tot…! Menggiurkan. Surga dunia. Kini? Berubah seratus delapan puluh derajat. Terbanting. Dari terpelanting begitu tinggi. Jadi terbanting begitu rendah. Kemarin tinggal menuding ini, menuding itu. Kini, bagaimana bisa, tangan terborgol. Kemarin, dikerubuti orang. Sekarang, semuanya berlarian. Kemarin diajak foto-foto. Sekarang, semuanya pada sibuk menghapus fotonya. Takut dianggap berteman. Takut digigit. Bahkan, disidang nanti, yang semula teman, justru menyudutkan. Neraka dunia! Edhy disangka telah disuap oleh Suharjito, Bos PT Dua Putera Perkasa, sebagai hadiah telah diberi izin ekspor benur. ‘’Mei lalu, tersangka diduga telah menerima dari Suharjito sebesar USD 100 ribu,’’ kata Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango seperti diberitakan JP hari ini. Kalau sudah begini, untuk apa sepeda yag dibelinya? Untuk apa Rolexnya? Untuk apa tas koper Tumi dan LV-nya? Mau bepergian kemana lagi? Mengapa pejabat kita tak pernah jera? Bukankah sudah ada pendahulunya yang bisa menjadi ibrah, pelajaran? Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi. Kader PKB ini tersandung kasus suap dana hibah KONI. Sebelumnya lagi, Menteri Sosial Idrus Marham. Kader Golkar ini dibui karena terjerat kasus suap kesepakatan kontrak kerja sama pembangun PLTU Riau-1. Mengapa tak kapok? Namanya suap. Uang sudah dimulut, tinggal mengunyah. Jika gaji menteri hanya belasan juta, duit suap jutaan kalinya. Berjuta lipatnya. Bermiliar-miliar. Berdolar-dolar. Di depan mata, tinggal mak lep. Bagaimana tidak tergiur? Apalagi organisasi memintanya, apalagi konstituen menunggunya, apalagi biaya sowan-sowan menghendakinya. Apalagi masih ada syahwat hidup mewah. Bertemu uang turah, uang tumpah, uang mudah. Itu kemarin. Kini, bagaimana bisa membelanjakannya, tangannya terborgol. ATMnya disita. Rekeningnya diblokir. Kapokmu kapan? Salam Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: