GBWT, Pesantren Enterprise, Masjid Bisnis, Bangkit-Bangkit

GBWT, Pesantren Enterprise, Masjid Bisnis, Bangkit-Bangkit

Tak mau lagi jadi penonton. Tak mau lagi hanya jadi konsumen. Juga ingin belajar berbisnis. Jadi penjual. Melayani warga di 15 RT Perumahan Perhutani Sambikerep. Itulah inti Gerakan Belanja di Warung Tetangga (GBWT) yang diketuai oleh Soepardi, warga perumahan. Sejarahnya, kata Soepardi, ia ikut gerakan 212 di Jakarta lalu. ‘’Saya kaget melihat umat sebegitu banyaknya,’’ katanya. ‘’Saya diskusikan sesama jemaah di Masjid Al Huda yang ada di perumahan kami. Kebetulan Pak RW saat itu juga rajin berjemaah . Semuanya setuju, RW mendukung. Maka dibuatlah gerakan Belanja di Warung Tetangga,’’ katanya. Apa peran masjid? Apa peran RW? Masjid menfasilitasi modal. RW dan RT mengumpulkan warga. ‘’Semuanya menyambut gembira. Jalan hingga sekarang,’’ katanya. ‘’Bahkan sekarang diuntungkan karena pandemi. Orang enggan keluar. Beli air minum, beras, gula, atau lauk pauk,’’ cukup telepon katanya. ‘’Sekarang apa pun dijual lewat grup. Mau jual mobil, mau jual rumah, mau ngontrakkan. Jadi, WA grup-nya sudah seperti lapak online. Hanya tingkatnya saja di level perumahan,’’ katanya. Apa keuntungannya bagi masjid? ‘’Kita ini kan setiap kali mendengar pengajian bahwa mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah. Ya, ini pengamalannya. Karena itu, masjid mau meminjami setiap peserta Rp 1 juta,’’ katanya. ‘’Dan, kalau jemaahnya sudah kuat pasti shodaqoh ke masjidnya juga lebih banyak,’’ lanjutnya. Sekarang, kata Soepardi, saking banyaknya peserta, WA-nya tak cukup. ‘’Kita sedang menyiapkan telegram yang bisa menampung ribuan anggota,’’ katanya. Tren membaik itu, lantas diikuti oleh Gerakan Belanja di Saudaramu (GBWS). Kalau tadi berdasarkan warga perumahan, GBWS, menurut Soepardi, anggota pengajian yang dikelola Muhammadiyah. ‘’Alhamdulillah jalan juga. Saya senang umat punya kesadaran untuk ta’awwun, saling tolong menolong dalam kebaikan. Belanja ke saudaranya,’’ katanya. Yang sudah tingkatnya raksasa adalah Pondok Pesantren Enterprise. Di antaranya yang sudah beromset miliaran sebulan adalah Sidogiri Pasuruan, Gunung Drajat Gresik, Gontor Ponorogo, Al Amin Prenduan Sumenep, Hidayatullah. Rata-rata mereka berbinis air mineral, supermarket, percetakan dan penerbitan, penginapan, agrobisnis, dan tentu saja pendidikannya. Yang juga sedang ngetrend adalah masjid yang berbisnis. Yang paling cepat dan sangat semangat adalah Masjid Kapal Munzalan Pontianak. Mereka punya belasan bisnis unit. Diikuti oleh Masjid Kurir Langit Kabupaten Baru Sulsel yang semua pengurusnya berusia di bawah 30 tahun. Larinya cepat sekali. Berdiri 2014 lalu. Kini, sudah punya lahan pertanian, perkebunan, perikanan untuk menopang kegiatannya yang segudang. Saatnya umat bangkit. Berwiraswasta. Kita ini memang agak aneh, Nabinya berbisnis selama 25 tahun sebelum masa kenabiannya, kita malah jarang yang mengikuti jejaknya. Padahal, 9 dari 10 pintu rejeki ada di perdagangan. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: