Bangun…Bangun, Tahajud! dan Sempritan Prof Zahro
Oleh: Ali Murtadlo Hampir semua grup WA yang saya ikuti, selalu ada yang bangunkan tahajud. Ada yang to the point: bangun…bangun! Tahajud…tahajud! Ada yang mengutip ayat dan hadits pentingnya tahajud, dan ada juga yang berisi tausiyah. Ada yang membangunkan pukul 1, pukul 2, ada juga yang pukul 3. Seru! Pada dinihari yang hening itu, lalu lintas WA sudah ramai. Saya bersyukur, HPnya maslahat, bermanfaat. Tapi, kita diingatkan lagi oleh Prof Achmad Zahro, Guru Besar Ilmu Fiqih UINSA. Kalau sebelumnya, Prof Zahro mengingatkan doa salah mongso: “semoga husnul khotimah’’ yang menurutnya tidak tepat jika disampaikan saat kita mendengar kabar orang meninggal (mestinya doa saat masih hidup), kali ini kita diingatkan agar tak perlu membangunkan orang untuk tahajud. ‘’Bisa mengganggu keikhlasan. Jangan sampai terbersit riyak, pamer,’’ katanya. ‘’Bahaya sekali, eman sekali. Ini ibadah yang sangat privat, antara kita sama Allah, tak usah dipamer-pamerkan.’’ Prof Zahro termasuk yang tidak suka mendapatkan WA ini. ‘’Tiap hari saya harus menghapusnya. Saya tidak jawab seketika itu. Saya jawab pukul 5 pagi. Itu pun hanya tanda jempol satu saja,’’ katanya. ‘’Saya kadang-kadang jam 1 belum tidur, lha kok wis digugah, tahajud…tahajud,’’ katanya. ‘’Jadi, menurut saya, tidak usah,’’ sarannya. Saya juga pernah dicurhati teman yang punya kebiasaan membangunkan. Saya termasuk yang memujinya ‘’jagoan istiqomah’’, tapi dia malah menjapri saya, kalau dia juga sering diingatkan agar tahajudnya tidak ‘’dipamerkan’’ dengan cara mengajak-ajak itu. Bagaimana menurut Anda? Saya tentu tidak akan berani mengirim ‘’bangun-bangun tahajud’’ kepada Prof Zahro. Kalah kelas. Ilmu dan kekhusyukannya. Tapi, saya mungkin akan tetap mengirim WA kepada WA grup Bani Muharom (BM), keluarga besar saya. Untuk apa? Saya senang, jika ponakan-ponakan, adik-adik, anak-anak, merespon ‘’tahajud call dan sahur-sahur pada Senin-Kamisl’’ saya. Saya senang jika dapat jawaban, ‘’ini baru minum air hangat Om. Ini baru makan Om.’’ Alhamdulillah, saya senang. Sebaliknya, jika tak ada respon, saya bertanya-tanya, pada kemana anak-anak muda ini. Saya juga senang merespon ajakan tahajud teman-teman Cowas (konco lawas JP Group), teman olah raga, teman kampus, teman kampong, teman SD, SMP, SMA. Memang banyak dan harus diakui kadang menyita waktu. Tapi, saling menguatkan, saling menyemangati, pada dini hari yang sunyi, seperti silaturahmi terkoneksi. Saya tidak tahu apakah ada tebersit sedikit atau banyak rasa riyak. Pamer. Semoga tidak. Kita kembalikan saja kepada innamal a’malu bin niiyat, tergantung niatnya. Apakah bisikan nafsu pamer itu benar-benar ada? Di keluarga sendiri, memang ada perbedaan. Ada yang tahajud diam-diam. Ada yang tahajud dan menjawab seruan tahajud lainnya. Ada yang tak menjawab karena memang belum bangun dan tidak tahajud. Anda yang mana? Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: