Selain Covid-19, Dinkes Jatim Imbau Masyarakat Waspada Penyakit Ini
Surabaya, Memorandum.co.id - Selain upaya memutus penyebaran Covid-19, ada beberapa penyakit yang harus diwaspadai karena hampir di seluruh wilayah Jatim kini mengalami pancaroba ke musim penghujan. Untuk itu masyarakat diharapkan tetap menjaga kesehatan dan memperhatikan kebersihan lingkungan. "Di musim penghujan, tubuh dipaksa untuk beradaptasi dengan suhu dan kelembapan yang berbeda dari cuaca sebelumnya. Sehingga kalau tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat kita mudah terjangkit penyakit," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) dr Herlin Ferliana, Kamis (12/11). Dipaparkan Herlin ada beberapa penyakit yang rentan menyerang tubuh di saat musim penghujan. Seperti diare, flu, batuk, sesak napas, pilek, demam berdarah, penyakit kulit seperti kencing tikus, penyakit kulit, gatal, dan ruam. "Kasus demam berdarah dengue (DBD) juga sering muncul, karena banyaknya genangan air. Kondisi ini membuat aktivitas menjadi terganggu," lanjut Herlin, usai mengikuti kegiatan Hari Kesehatan Nasional ke-56. Untuk mencegah demam berdarah ini Herlin mengimbau agar masyarakat memberantas dengan 3M plus minimal satu minggu sekali. "Tiga M itu yakni menguras, menutup rapat tampat air, dan mendaur ulang barang bekas. Sertap plusnya yakni memelihara ikan pemakan jentik," imbuh Herlin. Sedangkan pada tahun 2020 diungkapkan Herlin, terhitung sejak Januari hingga 9 Nopember jumlah penderita demam berdarah sebanyak 7.535 orang, dengan jumlah kematian 63 orang (CFR = 0,8%). Selain demam berdarah yang perlu diwaspadai yakni leptospirosis. Yakni penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang berbentuk spiral, dari genus Leptospira yang pathogen, yang ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia. Penyakit ini dilaporkan ditularkan terbanyak melalui air seni tikus yang mengandung kuman lepto dan berada pada daerah yang kurang bersih, kelembapan tinggi, becek dan banjir. "Risiko penularan leptospirosis adanya luka pada kulit yang kontak dengan media yang terkontaminasi kuman leptospirosisi, melalui banjir, genangan air sungai, danau, selokan, saluran air, sawah dan lumpur," urai Herlin. Begitu juga dengan penyakit ISPA/Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada balita. Penyakit ISPA yang dihadapi termasuk penyakit serius yang berpotensi menyebabkan kematian bayi/balita. Selama tahun 2015 ada 922.000 balita meninggal karena pneumonia. Data WHO menyebutkan bahwa Pnemonia merupakan penyebab 15 persen kematian balita di dunia, sementara di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 2 terbesar setelah diare. "Pneumonia masih menjadi penyebab kematian terbesar bayi dan balita lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak," jelas Herlin. Tidak kalah rawan yakni diare yang bisa menyerang tubuh karena tercemarnya dengan air hujan yang kotor atau air banjir yang sangat mudah terjadi. Menurut Herlin hal ini bisa mengakibatkan gangguan di saluran pencernaan. "Yang harus kita waspadai adalah pada balita yang terserang diare karena mereka rentan terjadi dehidrasi dan tubuh semakin defisiensi zinc," pungkas Herlin.(tyo)
Sumber: