Ramadan Penuh Sesak pada Malam Ganjil
Keramaian pengunjung wisata religi di Masjid Sunan Ampel tidak pernah sepi, terutama pada Ramadan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, sangat antusias berziarah di makam Sunan Ampel. Di masjid yang telah masuk cagar budaya ini, selain berdoa, melaksanakan salat berjamaah, itikaf, ziarah wali, hingga belanja cendera mata. Hal tersebut, dibenarkan seorang juru kunci makam Sunan Ampel, Thoyib. Bila di rata-rata kurang lebih 3.500-4.500 orang datang ke Masjid Sunan Ampel per harinya. Itu masih sepi bila dibandingkan dengan malam ganjil pada tanggal 21 hingga 29 di malam Ramadan. Pengunjungnya bisa mencapai puluhan ribu dan Masjid Sunan Ampel akan penuh sesak. "Mereka biasanya ke sini untuk berdoa, salat berjamaah, itikaf, ziarah wali, belanja, dan salat tarawih. Yang utama mencari keberkahan malam Lailatul Qadar," kata dia. Hal senada juga dikatakan Hidayat, penjaga makam Sunan Ampel, bahwa menjelang pada Ramadan di tempat wisata religi ini memang ramai, tapi tidak seramai saat malam ganjil. Banyak pengunjung dari seluruh Indonesia dan mancanegara yang datang. "Selain berdoa, salat, itikaf, mereka juga melaksanakan tradisi megengan di sini," kata lelaki bertubuh pendek ini. Menurut Hidayat, terlebih suasana malam salat tarawih di makam Sunan Ampel. Meski ramai, tapi masih cukup ruang untuk berdoa dengan khusyuk. Lain halnya saat salat tarawih telah usai, makin ramai dan padat sekali. Banyak orang yang rela antre untuk bisa mendapat tempat berdoa di tempat itu. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa tampak begitu antusias berziarah di makam Sunan Ampel. Beberapa anak jadi rewel. Saking tidak nyamannya karena penuh sesak, mereka menangis dengan kencang. Meski begitu, Wanita atau anak kecil tidak perlu khawatir berdesak-desakan karena pengelola masjid menyediakan tempat khusus yang terpisah. Ada juga pengunjung lebih suka mojok di makam pengikut Sunan Ampel. Selain tempatnya sepi, peziarah bisa lebih dan nyaman, fokus berdoa. "Aku senang di sini, mendengar orang ngaji bikin aku tenang," kata Novita Isnain (19), seorang peziarah. Spesialnya di tempat ini, ada minuman yang diyakini layaknya air zam-zam. Menurut peziarah lain air tersebut sangat bersih. Bahkan, sejak dulu hingga sekarang, sumber airnya tidak pernah kering. Selain makam Sunan Ampel, ada dua makam istimewa lainnya yakni makam Mbah Sholeh dan makam Mbah Bolong. Mereka adalah pengikut setia Sunan Ampel, tapi ada juga yang tidak mengetahui siapa kedua orang istimewa tersebut. Kebenaran cerita itu, dibenarkan oleh Mustajab, dan terjadi pada tahun 1400 Masehi. Waktu itu, banyak jemaah yang tidak yakin salat menghadap ke kiblat. "Masak masjid lurus katanya tidak menghadap kiblat," kata Mustajab menirukan ucapan Jemaah pada zaman itu. Hingga perkataan ini didengar oleh Sunan Ampel. Selanjutnya beliau menyuruh Son Haji, orang asli Surabaya yang dipanggil Mbah Bolong, untuk membuktikan kalau arah salat yang dilakukan benar-benar menghadap kiblat. "Mbah Bolong seperti wali, kalau kita orang awam tidak akan bisa. Dengan takdir Allah akhirnya dia (Mbah Bolong, red) mampu melubangi tembok tersebut dan menghadapkan masjid sesuai kiblat di Kakbah," beber Mustajab, pria asli Peneleh ini. Selain Mbah Bolong, ada juga Mbah Sholeh. Makam Mbah Sholeh ada 9. Konon beliau selalu hidup kembali saat Sunan Ampel membutuhkannya untuk membersihkan masjid. Saat umur 65 tahun, menurut cerita Mustajab karena yang tahu persis meninggalnya mbah Sholeh adalah Allah. “Yang saya tahu meninggal dan dikuburnya Mbah Sholeh di belakang masjid Sunan Ampel,” imbuh Mustajab. (rio/nov)
Sumber: