Resonansi Asmara SPG Syantik, Lemah Lembut, dan Seksi (3)

Resonansi Asmara SPG Syantik, Lemah Lembut, dan Seksi (3)

Malam Pertama Dijalani sampek Legrek, sampek Nyenyek

Semangat Arifin menjalani malam pertama versus Wulan sampai sundul langit. Berbagai posisi percintaan yang sebelumnya hanya dia bayangkan, malam itu dia praktikkan. Seru. Angak ho. Hampir dua jam nonstop Arifin dan Wulan mengeksplorasikan diri. Tidak hanya satu-dua ronde, melainkan beronde-ronde. Tanpa jeda. Tanpa istirahat. Boso Suroboyone sampek legrek, sampek nyenyek. Setelah itu mereka ambruk-mbruk-mbruk-mbruk. Tertidur pulas hingga matahari hampir lengser ke barat. Pukul 12.30-an. Arifin yang bangun terlebih dulu. Dia berniat membangunkan Wulan untuk partai tambahan. Tapi, niatnya langsung surut setelah melihat ajang pertempuran semalam yang putih bersih. Tidak ada setitik pun noda darah tanda kesucian Wulan. Spreinya hanya lungset. Kumel. Arifin tercenung. Ia berpikir, “Tidak perawankah Wulan?” Walau demikian, dia tidak berani semena-mena menuduh seperti itu. Sebab, ada banyak penyebab yang bisa menjadikan keperawanan seseorang rusak atau cedera sebelum pernikahan. Melihat kepolosan Wulan saat pertama melayaninya di tempat tidur, Arifin benar-benar tidak tega untuk sekadar melontarkan pertanyaan soal noda darah kepada sang istri. Arifin pun bertekad tidak akan mempermasalahkan keperawanan istrinya. “Loe sendiri masih perjaka tah waktu nikah?” goda Wahyudi Arifin tersenyum. “Kalau yang loe maksud pernah gituan sama wanita, demi Allah tidak pernah. Aku masih perjaka tulen,” kata Arifin. “Kalau dengan Mbak Sab?” Wahyudi menggoda. “Mbak Sab siapa?” jawab Arifin kaget. “Sabun,” kata Wahyusi. Kedua pemuda bersahabat ini ber-wkwkwk amat keras. Sampai istri Memorandum yang tidur di kamar dekat teras, tempat Wahyudi dan Arifin jagongan, terbangun dan memanggil keponakannya. Wahyudi minta maaf dan segera mengajak Arifin pindah ke kamar belakang. Memorandum diam-diam ikut geser ke belakang untuk nguping pembicaraan keduanya. “Keperjakaanku hilang di depan Ariel Tatum,” kata Arifin sambil melangkah ke kamar belakang. “Serius loe?” tanya Wahyudi penasaran. Kepo. “Serius.” “Kapan? Di mana? Kapan berjumpa dengannya? Bagaimana rasanya?” “Tanya satu-satu dong.” “Aku kepo. Katanya masih perjaka?” “Kami bertemu di toilet kamar mandi. Aku mau mandi, dia berpose di layar HP.” “Mbak Sab? Jangkrik.” “Bukan. Ariel Tatum.” (bersambung)     Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: