Kisah Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19, Antara Risiko dan Panggilan Hati

Kisah Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19, Antara Risiko dan Panggilan Hati

Malang, Memorandum.co.id - Menjadi relawan pemulasaraan jenazah Covid-19 tidak mudah. Butuh keberanian, ketekatan serta keikhlasan. Tidak kalah pentingnya adalah juga perhitungan dan pengetahuan yang cukup. Mengingat, sebagai orang yang kontak langsung dengan kawasan virus, rentang akan resiko penularan. Diperlukan pemahaman yang cukup. Pelatihan hingga konsultasi sebagai upaya pencegahan. Jika semua itu sudah panggilan, yakin diberikan kelancaran dan keberkahan. Tidak ada yang jadi penghalang. Mantan Kasat Intelkam Polresta Malang Kota, Kompol Sutiono kala itu manjadi salah satu anggota relawan pemulasaraan jenazah covid 19 menerangkan, pada awalnya tidak banyak polisi berani dan ikut dengan tugas berisiko ini. “Dari Polisi awalnya saya sendirian. Saya merasa terpanggil. Kemudian, ada anggota lain. Hingga jumlahnya lima orang dari Polresta Malang Kota. Akhirnya bersama teman-teman Public Safety Center (PSC) untuk kemanusiaan dalam pemulasaraan jenazah Covid-19,” terang Kompol Sutiono. Ia menambahkan, rangkaian prosesi pemulasaraan, terbilang cukuk panjang. Tahapan itu, dimulai sejak jenazah masih berada di rumah sakit. Bersama anggota relawan lainya, terlebih dahulu mengambilnya. Bahkan mensholatkanya. Dalam beberapa kesempatan, hal itu dilakukan di saat hari malam. "Sebelum memulai rangkaian pemulasaraan, terus dipastikan keamanan dengan prorokol kesehatan. Harus ditangani tim dengan keahlian khusus. Hal itu sudah sebagaimana pernah disimulasikan. Bahkan, saya juga berkonsultasi dengan tim dokter. Untuk mendapatkan panduan menerapkan standar pemakaman yang ketat," lanjutnya. Dalam sehari, kata dia, bisa bisa memakamkan 2 bahkan 5 jenazah. Dalam kondisi lelah, tak jarang ia dan petugas lain tidur di permakaman. Istirahat tetap perlu dilakukan. Jika kondisi lelah, imunitas bisa turun. Sehingga rentan terpapar virus. Untuk itu perlunya beristirahat sebagai salah kuncinya. Selama bertugas di Polresta Malang Kota, Perwira ini, sudah memakamkan sebanyak 57 jenazah. Tidak jarang, prosesi pemakaman hingga larut malam, bahkan sampai pagi. Untuk mengembalikan kebugaran, kadang istirahat dan tidur di atas batu nisan pemakaman. "Yang pertama safety. Untuk urusan muka (wajah) harus betul-betul rapat. Setelah memakamkan tangan harus dimasukkan ke cairan alkohol 70 persen. Hampir setiap hari seperti itu. Menjaga kebugaran, tidak mungkin balik ke rumah, sambil menunggu selesai (yang akan dimakamkan lagi). Istirahat, dan tidur di makam,” imbuh perwira yang mendapatkan penghargaan Kapolda ini. Keikhlasan yang dilakukan, telah mendapatkan penghargaan. Dari mulai masyarakat, rekan kerja hingga pimpinan Poliisi di Kota Malang hingga Polda Jawa Timur. Bahkan, Kepala Polisi Repiblik Indonesia (Kapolri) tak luput juga mengapresiasi. Dalam sebuah kesempatan pemakaman, dirinya ditelpon video call langsung Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis MSi. Ia mengapresiasi Tim Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 yang dibentuk Polresta Malang Kota. Setelah mengucapkan selamat, Kapolri menanyakan pangkat dan jabatan dari kasat intelkam. Ia menginstruksikan agar tim relawan melapor ke Kapolresta Malang Kota dan diteruskan ke Kapolda Jatim. Selanjutnya, diteruskan kepada dirinya. Sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Pol Dr M Fadil Imran SIK MSi juga telah memberikan apresiasi. “Anggota Kasat Intel Polresta Malang Kota. Saya ucapkan selamat, nanti dari tim kamu itu lapor ke kapolresta. Dan dari kapolresta langsung ke kapolda. Apa yang diinginkan akan difasilitasi. Salam buat teman yang lain,” terang Kapolri saat video call. Sementara itu, Kapolresta Malang Kota Kombespol Leonardus Simarmata menjelaskan, yang dilakukan personelnya murni kegiatan sosial yang ikhlas dilakukan. “Mereka tidak pernah mengharapkan apapun. Mereka juga tidak pernah menyampaikan permintaan apapun kepada saya. Kami sangat berterima kasih atas apresiasi dari pimpinan tertinggi Polri,” terang Leonardus. (edr)

Sumber: