Hindari Bentrok, Ratusan Mahasiswa Papua Dipulangkan

Hindari Bentrok, Ratusan Mahasiswa Papua Dipulangkan

SURABAYA - 233 mahasiswa dan warga Papua digiring ke Mapolrestabes Surabaya, Minggu (2/12) dini hari. Ratusan mahasiswa yang merupakan anggota Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), dari berbagai kota itu dijemput dari asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, untuk diperiksa. Hal ini dilakukan pihak kepolisian pascaaksi AMP di Surabaya, di Jalan Pemuda, Sabtu (1/12). Mereka diperiksa lebih lanjut terkait aksi menuntut Papua Merdeka. "Ya benar ada pemindahan sekitar pukul 01.30. Ada 233 orang dibawa dari asrama (mahasiswa Papua, red) di Jalan Kalasan menuju mapolrestabes," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran saat dikonfirmasi melalui selularnya. Ditemui di lokasi, Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Kota Surabaya Andi Baso Juherman mengatakan, tujuan ia bersama puluhan anggotanya di Jalan Kalasan, untuk menanggapi kegiatan mahasiswa di Jalan pemuda pada Sabtu lalu. "Kita sebagai salah satu ormas di Surabaya hadir untuk menghalangi deklarasi Papua Merdeka. Jelas dari penyataanya mereka tidak mengakui bendera Merah Putih terlebih untuk Pancasila yang dianggap kerdil," kata Baso. Dipaparkan Baso, kegiatan yang dilakukan mahasiswa Papua itu merupakan aksi separatis. Pihaknya menduga bila aksi tersebut digerakkan oleh pihak-pihak lain. "Kami menduga ada yang menumpangi aksi mereka, itu setelah tadi ada seorang perempuan warga negara asing (WNA) turut diamankan petugas," tandas Baso. Veronica kuasa hukum dari AMP sempat meminta dispensasi kepada Kapolrestabes Kombespol Rudi Setiawan , sekitar 40 orang mahasiswa yang meminta tinggal bermalam di asrama. Namun dengan tegas Rudi menolak. "Sesuai kesepakatan, semua yang bukan mahasiswa Papua di Surabaya, atau penghuni tetap asrama harap pulang," tegas Rudi. Setidaknya sekitar lima ratus personel gabungan dari TNI, Polri yang terdiri dari unsur Dalmas Ditshabara Polda Jatim, Sat Brimobda Jatim, Polrestabes Surabaya dan Polsek Tambaksari diterjunkan menjaga kondusifitas pemulangan mahasiswa Papua ini. Para mahasiswa itu akhirnya dapat dipulangkan secara kondusif sekitar pukul 19.32. Selain ke terminal, para mahasiswa Papua asal Malang dipulangkan langsung memakai bus milik pemerintah provinsi Jatim tanpa melalui terminal. Lebih lanjut Kapolrestabes Surabaya menjamin keselamatan mahasiswa Papua asal Surabaya yang ada asrama Kalasan. Polisi terus bersiaga di sekitar asrama dengan sistem pengamanan tertutup. "Saya menjamin keselamatan saudara-saudara kita yang tinggal di dalam asrama. Mari bersama-sama menjaga kondusifitas Kota Surabaya," pungkas Rudi. Polda Jatim akhirnya angkat bicara untuk meluruskan tentang kabar-kabar yang tersebar di media sosial. Menurut Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera, selama kegiatan di Jalan pemuda yang dilakukan AMP pada Sabtu (1/12) berlangsung sejak pukul 08.30 sampai pukul 09.45, berjalan aman dan tertib. “Namun kabar yang tersebar bila yang terluka dari pihak mahasiswa di Facebook  ada 40 orang, sedangkan di Isntagram ada 20 orang . Untuk mencari kebanarnya pihak polisi mencoba mengecek di asrama Papua di Jalan Kalasan,” terang Barung, Minggu (2/12). Namun malam itu pihak kepolisian dilarang masuk, dan mereka mengklaim bila ada 17 mahasiswa yang terluka. Bahkan mereka meminta kompensasi satu orang yang luka mendapat biaya perawatan Rp 10 juta. “Ini ditujukan ke pemerintah karena ada tindakan arnakis, padahal tidak ada yang terluka. Sebaliknya ada dua anggota polisi yang terluka, ada juga dari linmas, dan satpol PP,” lanjut Barung. Tidak hanya itu saja, ada juga kabar bila ada dua mahasiswa yang menghilang, namun menurut Barung bila mereka menghilangkan diri. Masih menurut Barung jika kabar itu bermaksud membentuk opini bila pemerintah dalam hal ini aparat menangani kejadian kemarin melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Sedangkan terkait dibawanya 233 warga Papua ke Mapolrestabes Surabaya, Barung menegaskan bila hal itu bukan penangkapan, namun diamankan. Karena mereka memprovokasi massa yang ada di luar asrama. “Mareka dari dalam asrama meneriakan kata provokasi untuk memancing amarah,” pungkas Barung. (fdn/tyo/nov)  

Sumber: