Universitas Brawijaya Kukuhkan 2 Profesor
Malang, Memorandum.co.id - Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru, Prof. dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP (K), Ph.D, dan Prof. Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS di gedung Widyaloka, Selasa (27/10/2020). Saifur Rohman sebagai profesor aktif ke-11 dari Fakultas Kedokteran (FK), Profesor aktif ke-189 di UB, dan ke-267 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB. Sementara Sucik Maylinda, MS sebagai profesor aktif ke-16 dari Fakultas Peternakan (Fapet), profesor aktif ke-188 dari UB, serta profesor ke-268 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB. Dalam makalahnya, Saifur Rohman melakukan pendekatan sistematik dan integratif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK). Tingginya PJK, berdampak pada pembiayaan dan kualitas hidup sumber daya manusia usia produktif. "Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan utama. Tidak hanya di Indonesia, juga di dunia. Diperlukan solusi efektif dan efisien dengan pendekatan berbasis penelitian, pengabdian masyarakat," terangnya. Salah satu solusi, lanjutnya, dengan membentuk kelompok kajian group kardiovaskuler yang terdiri dari multi disiplin ilmu. Berbagai profesi dan keahlian kedokteran. Melakukan penelitian secara terintegrasi, mulai preventif, kuratif dan rehabilitatif PJK. "Yang pasti, kecepatan dalam penangangan kasus PJK, termasuk sangat penting. Jika terjadi keluhan, penanganan harus secepatnya. Barpacu dengan waktu," lanjutnya. Saifur Rohman, Sp.JP(K), Ph.D kelahiran Sampang. Menyelesaikan S1 di Universitas Airlangga, S2 di Universitas Indonesia, dan S3 di Kobe University, Jepang. Ia dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler pada FK-UB. Sementara itu, Sucik Maylinda, MS melakukan strategi seleksi ternak Ruminansia, melalui pyramidal struktur daging ternak. Mengingat, Indonesia masih kesulitan memenuhi kebutuhan daging. BPS tahun 2019, terjadi peningkatan impor daging dari Australia. "Terjadi kesenjangan antara supply dan demand yang semakin lebar. Diperkirakan akan terus meningkat. Diperlukan upaya cerdas dalam memenuhi permintaan daging secara cepat. Mengingat, siklus reproduksi sapi kita, termasuk lama. Untuk itu, guna meningkatkan penyediaan daging menuju ke swa sembada daging, Indonesia harus melaksanakan pembibitan ternak khususnya sapi. Keberhasilan pembibitan ternak, merupakan primadona bahan pangan. Sebagai produsen utama peternak rakyat, mendapatkan income yang cukup di kehidupannya. "Perlu dilakukan seleksi. Program memilih pejantan/ induk yang menghasilkan anak dengan performans seperti yang diinginkan. Peternak rakyat, dengan manajemen tradisional, membutuhkan strategi menghasilkan ternak berbobot tinggi," lanjutnya. Metode tersebut, diharapkan menjadi solusi dengan struktur pembagian tugas berpola piramida, Hubungan antara penyedia bibit, lembaga penelitian, kemudian berhubungan. Tujuan utama keberpihakan kepada rakyat. Sucik Maylinda, MS kelahiran Pamekasan. Menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Peternakan UB. Sedangkan S2 dan S3 di IPB Bogor. Ia dikukuhkan sebagai Profesor Bidang Ilmu Produksi Ternak pada Fapet UB. (edr/gus)
Sumber: