Pemkab Bangkalan Tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi
Bangkalan, Memorandum.co.id - Hasil kajian BMKG Stasiun Klimatologi II Malang, mengisyaratkan sebagian besar kabupaten dan kota di Jawa Timur, mulai memasuki transisi alih musim pada akhir Oktober 2020 saat ini.Termasuk di Kabupaten Bangkalan. Terbukti, curah hujan skala sedang, kadang sesekali guyuran hujan lebat, kini mulai rutin mengguyur di 18 kecamatan. Perubahan fenomena alam yang kaprah disebut masa pancaroba, itu selalu diikuti oleh ancaman bencana alam dengan karakter berbeda. Yakni dari fase elnino atau kemarau panjang berwujud kekeringan akut, berubah menjadi fase lanina berupa musim hujan berkepanjangan. “Nah, ketika memasuki fase awal lanina itulah, ancaman bencana alam hidrometeorologi seperti hujan lebat, angin puting beliung, banjir bandang dan musibah tanah longsor, mulai menggejala di mana-mana. Termasuk di Kabupaten Bangkalan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangkalan, Rizal Morris, AP MSi, Minggu (25/10) pagi tadi. Menyikapi pergeseran fenomena alam itu, Pemkab Bangkalan segera bertindak sigap. Bupati R Abdul Latif Amin Imron diwakili Wakil Bupati (Wabub) Drs H Mohni,MM, Jumat (23/10) lalu, berinisiatif menggelar apel kesiap siagaan penanggulangan bencana hidrometeorologi. Selain dihadiri Ketua DPRD H Moh Fahad, anggota Forkopimda, Sekdakab Ir H Moh Taufan Zairinsyah,Kepala Pelaksana BPBD Rizal Morris, serta pimpinan OPD terkait. Juga diikuti oleh team pasukan gabungan penanganan bencana terdiri dari unsur TNI, Polri, perangkat daerah, komunitas pemuda dan elemen masyarakat. Bertepan dengan apel siaga itu, Wabup H Mohni atas nama Bupati dan Pememerintah Daerah, sekaligus menetapkan Kabupaten Bangkalan dalam status siaga darirat bencana hidrimeteorologi. ” Untuk itu, Bapak Bupati mengingatkan agar seluruh masyarakat yang tersebar di seluruh kecamatan dan desa, utamanya di kecamatan rawan bencana, harus mulai meningkatkan kewaspadaan,” harap H Mohni, ketika membacakan sambutan tertulis Ra Latif, sepaan akrab Bupati. Dalam konteks ini, Wabup mengesakan bahwa Kabupaten Bangkalan termasuk kawasan rentan bencana hidrometeorologi, seperti bencana banjir, angin upting beliung, tanah longsor, serta ancaman cuaca ekstrim lainnya. Wabup juga mengingatkan, jika bencana benar terjadi, sistem penanganan dan penanggulangannya tidak dilakukan secara terkotak-kotak, melainkan harus diterapkan melalui pendekatan petahelix. “Artinya, penanggulangan bencana harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan unsur perangkat daerah, pelaku dunia usaha, komunitas masyarakat, akademisi dan unsur media. Ini patut kami ingatkan karena pengananan bencana menjadi tanggung jawab kita semua,” tegas H Mohni. Terakhir, Bupati menurut H Mohni, juga mengistruksikan agar selruh camat dan kades, utamanya di sejumlah kecamatan rawan bencana, agar lebih proaktif dalam meningkatkan kewaspadaad. Juga melakukan koordinasi secpatnya dengan Muspika sebagai langkap awal penanggulangan bencan, jika sewaktu-waktu musibah benar-benar terjadi.” Ini penting dilakukan sebelum bantuan dari Kabupaten datang,” tegas H Mohni. Usai apel kesiap siagaan, Wabub didampingi Ketua DPRD, anggota Forkompimda, Sekdakab dan pimpinan OPD terkait, berinisiatif meninjau perangkat peralatan penanggulangan bencana yang sudad dipersiapkan oleh OPD tehnik Pemkab, TNI, Polri dan BPBD. Kesiapan perangkat peralatan itu, antara lain Mobil Water Canon milik Polres, dua unit mobil pemadam kebakaran, mobil dapur umum Dinas Sosial, tenda, selimut, pelampung, perahu karet, peralatan dapur, peralatan mandi, serta ragam jenis makanan instant siap saji. ”Yahhh.., saya amati perangkat peralatan penaggulangan bencana yang disiapkan oleh masig-masing institusi terkait sudah siap semuanya,” pungkas Wabuh H Mohni. (ras/gus).
Sumber: