Ayat Dahsyat Omnibus Law

Ayat Dahsyat Omnibus Law

Oleh: Ali Murtadlo Ada satu ayat al-Qur'an yang mengatur kehidupan kita 24 jam. Benar-benar omnibus law. Mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Kita terikat dengannya. Untuk itulah kita hidup. Untuk itulah kita diciptakan oleh sang Mahapencipta. Ayat ini sangat dahsyat manfaatnya jika kita pintar melaksanakannya. Dijamin selamat dunia dan akherat. Tidak ada lagi omongan begini: itu sholatnya bagus sekali, tapi kalau ngomong nylekit dan bikin bertengkar. Itu puasanya tidak pernah putus, tapi sama tetangganya bertengkar terus. Itu haji dan umrohnya berkali-kali, tapi pelitnya ampun-ampun. Itu hafal Qur'an, tapi malas banget diajak kerja. Mengapa? Sebab, 24 jam kita disuruh ibadah. Yang namanya ibadah, tentu tidak hanya yang mahdhoh, yang sudah diatur syariatnya, tata caranya berdasar fikih. Ibadah, kata Ibnu Taimiyah, semua amalan yang disukai dan diridhoi oleh Allah. Key wordsnya: semua amalan. Semua perbuatan. Berarti pakai HP harus beribadah. Bisakah? Bisa! kita kembalikan ke definisi Taimiyah, disukai dan diridhoi Allah. Kira-kira pakai HP yang disukai dan diridhoi Allah yang bagaimana? Anda tentu bisa menjawabnya. Baca one day one juz pakai HP sudah pasti masuk. One day one hadits masuk. One day one tausiyah masuk. Untuk sharing yang positif masuk. Untuk pengganti silaturahmi masuk. Nonton gambar-gambar demo buruh dan mahasiswa menentang omnibus law kemarin? Ada ukuran lainnya. Menabrak Al Mukminun ayat 3 yang kita diminta menjauhi perbuatan dan perkataan yang tiada guna atau tidak? Menghabiskan waktu atau tidak? Pakai HP yang tidak bernilai ibadah? Ngegame terus hingga lupa segalanya, mengirim info-info yang hoaks, yang bisa menyebarkan fitnah. Atau nonton gambar-gambar porno dan sebagainya. Ukurannya tetap seperti kata Ibnu Taimiyah, disukai dan diridhoi Allah tidak? Belanja ibadah seperti apa? Yang ada ta'awwunnya, tolong menolong kebaikannya. Misalnya, tiap saat kita pasti perlu belanja beras. Ke manakah yang ada dinilai ibadahnya? Ke toko tetangga. Hari ini berlauk gurami asam manis karena ada tetangga atau teman yang menawarinya. Nah, makan kita, insya Allah punya nilai ibadah. Olah raga yang mengandung ibadah? Innamal a'malu binniyat.Tergantung niatnya. Bahwa senam ini, sepedaan ini, jalan kaki ini, memenuhi perintahNya agar menjadi mukmin yang kuat. Sebab, orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding yang lemah. Badan yang kuat tentu bisa beribadah dengan sempurna, misalnya bekerja mencari nafkah, puasa, haji, umroh, terhindar dari Covid dan banyak lagi. Momong anak-cucu yang beribadah? Momongnya saja sudah pasti positif. Apalagi, ditambahi pelajaran akhlak yang baik, sholawatan, zikiran, dan tentu doa terbaik agar memiliki dzurriyatan qowiyyan (keturunan yang kuat) bukan yang dzi'aafan (lemah). Tapi bisa juga yang sebaliknya. Misalnya, menggendong sambil merokok, ditinggal main HP terus atau diputarkan video terus menerus agar tak merengek dan mengganggu. Ayat itu sudah Anda ketahui, karena begitu populer. Yakni: Adz-Dzariyat 56: Wama khalaqtul jinna wal insa illa liya'buduuni. Dan, aku tidak ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu. Jadi tugas kita di dunia ini tunggal: hanya beribadah kepadaNya. Full 24 jam. Tidak lain, tidak bukan. Ibadah yang punya arti yang luas. Tidur pun beribadah. Memulainya dengan doa dan bangun pun dengan doa. Diniati istirahat yang cukup supaya fisik prima untuk berbekal ibadah sepanjang hari, Maka, pemimpin yang menghasilkan Omnibus Law yang adil dan bermanfaat untuk semua rakyat, pasti punya nilai ibadah. Jika sebaliknya, bisa maksiat. Pasti dimintai pertanggungjawabannya kelak. Semuanya. Tak hanya para pemimpin, juga masing-masing diri kita. Hasilnya? Kita jadi orang yang penuh waspada. Tidak tabrak sana, tabrak sini. Itulah sejatinya taqwa. Ayatnya pendek. Konsekuensinya panjang. Gampang membacanya, gampang menghafalkannya. Sungguh sulit mempraktikannya. Hadiahnya pasti: surga. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: