Kaliber 50 Letupkan Keresahan Sosial di Album Anti-Cops

Kaliber 50 Letupkan Keresahan Sosial di Album Anti-Cops

Surabaya, Memorandum.co.id - Sore dan kedai kopi adalah perpaduan yang apik untuk menikmati hari di kota Mojokerto. Kota yang mempunyai julukan Kota Onde-onde itu ternyata mempunyai banyak musisi. Satu diantaranya Bagas, gitaris Band Kaliber 50. Sebuah Band yang mengusung musik punk era 80-an dan baru saja merilis mini album perdana mereka via Bandcamp, berjudul Anti-Cops. Mini album tersebut menceritakan tentang keresahan-keresahan sosial dan juga didasari oleh pandangan masyarakat di luar tentang sosok aparat penegak hukum yang suka semena-mena. Selain dirilis di layanan streaming musik digital, mereka juga memainkannya secara langsung, pada Gigs Pesta Keos Vol. 2 yang digelar 2 Oktober 2020 lalu di Wet Sendi Mojokerto. “Yang membuat lirik yaitu Inzaghi vokalis kami. Judul Anti-Cops kami dapatkan dari fenomena-fenomena sosial, tentang bagaimana sosok polisi yang seharusnya menjadi pelindung dan penegak hukum, malah menjadi sosok yang ditakuti karena tak jarang bertindak semena-mena dan represif," tutur Bagas. Selain itu, ia juga menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu pada gigs Pesta Keos yang digelar oleh komunitas Woyo Crew. Ia mengatakan bahwa, hingga saat ini ternyata masih ada beberapa orang yang masih enggan membeli tiket atau hanya membayar tiket dengan separuh harga. Kurangnya respek dan kesadaran masing-masing membuat fenomena ini terus hidup. "Hal itu mereka lakukan semata mata mengatasnamakan kolektif untuk menikmati sebuah acara underground," ucap bagas. Isu seperti ini sudah seharusnya sudah hilang sejak lama. Membayar tiket adalah bentuk apresiasi paling kecil untuk keberlangsungan sebuah acara. Uang tiket dari sebuah acara bisa dikumpulkan untuk dana atau kas, jika di lain hari akan diselenggarakan acara lagi. Selain itu, pembuat event atau komunitas yang menggelar acara perlu membayar segala perlengkapan dan juga para musisi yang mereka undang di hari itu. (X2/gus)

Sumber: