Hadiah Istimewa untuk Istri: Bulu Ekor Kuda dari Penjara (1)

Hadiah Istimewa untuk Istri: Bulu Ekor Kuda dari Penjara (1)

Pamit Ambil Motor Dagangan di Krian, Kabarnya Ditangkap Polisi

Perempuan itu berwajah polos. Cenderung ndesani. Dia selalu jongkok dekat pintu Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, menunggu kedatangan seorang pemuda. Perempuan itu sebut saja Lika. Memorandum sudah tiga kali melihat pemandangan yang sama. Setelah pemuda yang ditunggu datang, sebut saja Maulan, mereka mendekat pintu ruangan yang biasa dipakai bersidang. Di sini Lika kembali jongkok. Tidak duduk di kursi, meski ada kursi kosong di dekatnya. Memorandum mendekat. “Mbak, Pean harus terus terang kalau ditanya Pak Hakim. Harus jujur,” kata Maulan. “Aku isin,” kata Lika. “Nek Pean mbulet ae, sidange gak putus-putus. Pean lak emoh tah balik barek Cak Kandar?” “Amit-amit Lan. Sak anak turunku, aku ae sing nglakoni koyok ngene…” Sepertinya Lika mau nymbung omongan, tapi terburu ada pengumuman. Lika harus masuk ruang sidang. Memorandum pun bersiap mengikuti Lika dan melihat sidangnya. Tapi, langkah Memorandum terhenti karena melihat Maulan justru melangkah keluar gedung PA. Memorandum lebih suka mengikuti dia dan mengorek cerita darinya. Sampai di luar, terlihat dia masuk warung dan pesen kopi. Klop. Kami duduk berdekatan. “Masnya mau cerai?” sapa Memorandum membuka omongan. “Nggak. Adik saya.” “Memang masalahnya apa.” “Apa ya? Ruwet. Ruwet. Ruwet,” jawab Maulana seperti ucapan Jokowi yang viral di grup-grup WA. “Dibilang KDRT, bukan KDRT; tapi nyatanya adik saya itu merasa disakiti oleh suaminya,” imbuh Maulan. “Ceritanya gimana sih?” tanya Memorandum. Cukup lama Maulan diam. Tampaknya enggan menjawab. Matanya menerawang ruangan. “Kalau Mas keberatan bercerita, nggakpapa kok,” imbuh Memorandum. “Bukan keberatan, tapi malu,” kata Maulan. “Kok malu?” Tanpa terduga, pertanyaan ini justru membuka jalan cerita Maulan. Kata pemuda 25 tahun yang bekerja sebagai pedagang sayur keliling ini, Lika sudah menikah sekitar 10 tahunan. Selama itu Lika tidak pernah mengenyam kebahagiaan. Rumah tangganya selalu goyah. Ada-ada saja ulah suaminya yang bikin hati Lika gundah. Tidak ada ayem-ayeme blas. “Suaminya lebih banyak nganggur. Kerja sih keja, tapi rok-rok asem. Kalau ada yang ngajak kerja ya kerja, kalau tidak ya tidak. Saya tawari kerja kayak saya, nggak mau. Gengsi. Padahal hasilnya lumayan. Cuma ya agak berat. Harus bangun tengah malam kulakan di Keputran.” “Biasanya suami Lika diajak kerja apa saja oleh teman-temannya?” “Ngakuunya sih jual beli sepeda montor. Tapi saya curiga.” “Curiga gimana?” Maulan lantas mengatakan bahwa dia pernah dimintai tolong Lika untuk mencari suaminya yang sudah tiga hari tidak pulang. “Dia pamit kerja. Diajak teman ambil sepeda motor dagangan di Krian,” katanya. Maulan sudah ngubek-ubek tempat yang biasa ditongkrongi Kandar (nama samaran suami Lika). Tidak ada informasi apa pun. Terakhir, Maulan justru mendapat kabar mengejutkan: Kandar ditangkap polisi. Ada apa? (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: