Hari Sasongko: Pelajaran Sejarah Jangan Dimarginalkan
Malang, memorandum.co.id - Polemik materi sejarah yang tidak masuk menjadi mata pelajaran utama di sekolah mendapat perhatian dari sejarawan yang juga anggota DPRD Kabupaten Malang Hari Sasongko. Saat ditemui di ruang fraksi PDI-P DPRD Kabupaten Malang, Jumat (25/9), Hari menegaskan pelajaran sejarah sangat penting bagi perjalanan suatu bangsa sehingga jangan sampai termarginalkan atau terpingirkan dalam kurikulum pendidikan. "Tetap sejarah harus menjadi kurikulum pokok, seperti zaman dulu-dulu. Soal nanti menjadi pilihan sebaiknya setelah sekolah menengah (SMU, red), artinya sewaktu kuliah memilih lebih khusus lagi tentang sejarah, seperti arkeologi atau lainnya," tegas pria yang pernah dua periode berturut-turut menjabat Ketua DPRD Kabupaten Malang. Dijelaskan, pada kurikulum pendidikan terdahulu, materi pelajaran sejarah diberikan sejara berjenjang. "Dulu ketika tingkat SD, siswa diberikan materi pendidikan sejarah tentang kearifan lokal, misalnya untuk Malang diberikan sejarah Singosari. Kemudian berlanjut pada sejarah perjuangan nasional dan pergerakan kemerdekaan. Sampai pada tingkat menengah ada pelajaran sejarah dunia. Jadi siswa dapat melakukan pembandingan, sejarah nasional kita dengan sejarah dunia, ini penting," cetus pria yang juga dikenal sebagai budayawan ini. Pelajaran sejarah penting diberikan kepada siswa dari SD sampai SMU sebagai mata pelajaran utama, bukan sebagai pilihan, karena sejarah adalah suatu proses dialektika suatu bangsa. "Ketika memahami sejarah ada sesuatu yang menjadi pelajaran untuk saat ini dari masa lalu. Sejarah bukan hanya menghafal tokoh dan tanggal bersejarah Ada peristiwa politik, sosial, budaya atau ekonomi dari masa lalu sebagai perjalanan suatu bangsa. Disana terlihat akar identitas kita sebagai suatu bangsa," jelas Hari. Menurutnya, dengan mengenal sejarah bangsanya, masyarakat akan lebih mempunyai rasa nasionalisme. "Sejarah bangsa kita penuh dengan nilai perjuangan melawan penindasan, penjajahan. Ini menunjukkan nenek moyang kita bukan bangsa pengecut, tapi sejak dulu bangsa kita adalah bangsa yang besar yang tinggi rasa patriotisme dan harga dirinya. Jangan malah sejarah terpinggirkan. Tapi juga jangan terus kemudian kita terjebak dalam romantisme masa lalu. Dengan paham sejarah, langkah kita ke depan sebagai suatu bangsa harus lebih baik dari masa lalunya," jelas politisi asal Tajinan dengan semangat. Dia menginggatkan, setiap bangsa yang besar tidak pernah melupakan sejarahnya. "Lihat saja Amerika, Cina, Jepang, Korea Selatan mereka begitu bangga dengan sejarah dan budayanya. Ingat pesan founding father kita, Bung Karno tentang sejarah, Jas Merah, jangan melupakan sejarah," jelasnya. (dia/fer)
Sumber: