Dipaksa Akui Kehebatan Dukun Lereng Gunung Raung (4 – habis)
Diminta Pasrah Layani Ruh Suami di Kamar Gelap Penuh Asap
Dugaan Leman tidak meleset. Selama menghilang, Lulus tinggal bersama teman di Banyuwangi. Selama itu pula dia menjalani ritual menyuburkan kandungan di padepokan Mbah Amhad di lereng Raung. Lulus bercerita bahwa ritual yang dijalani menakutkan. Sangat menakutkan. Andai tidak mempunyai keinginan kuat untuk memiliki momongan, dia mengaku pasti tidak akan melanjutkan. “Menakutkan bagaimana?” tanya Leman. “Tidak boleh diceritakan kepada siapa pun sebelum kelahiran,” kata Lulus. “Kelahiran?” “Ya Mas, aku hamil,” kata Lulus sambil mencowel pipi Leman. “Mas Leman ingat nggak kalau malam sebelum menghilanng, kita berhubungan suami-istri? Nah, hasil hubungan intim kita itulah yang kumintakan jadi anak ke Mbah Ahmad. Anak kita,” imbuh Lulus diiringi senyum tertahan. Senyum ceria. Lulus kemudian meraih tangan kanan Leman untuk dieluskan ke perutnya yang mulai membuncit. Lulus terus tersenyum. Hari-hari setelah itu tampak tadak ada kesedihan di wajah Lulus. Full smile every day. Tapi, tidak demikian dengan Leman. Ada terselip keragu-raguan, entah apa itu. Walau demikian, Leman tak hendak mencoba mengurangi kebahagiaan sang istri dengan menunjukkan sikap keragu-raguannya. Dia malah berusaha ikut larut dalam euphoria istri. Tapi, makin kuat menahan keinginan untuk mengetahui ritual yang dijalani Lulus, makin besar pula keinginan tadi. Karena itu, setiap ada waktu yang dianggap pas, Leman selalu menanyakannya kepada Lulus. “Sabar, Mas,” kata Lulus, “Menurut Mbah Ahmad, kelau rahasia ritual sampai bocor, akibatnya sangat fatal.” “Fatal gimana?” “Kandungannya bisa keguguran, atau...” “Atau apa?” “Atau kedua orang tua bayi ini,” kata Lulus sambil menunjuk perutnya, “Bisa berantakan.” “Berantakan gimana?” “Lulus gak tahu, Mas. Pokoknya Mbah Ahmad bilang begitu.” Leman berhenti bertanya. Kasihan Lulus. Akhirnya dia tahan untuk tidak bertanya-tanya lagi hingga selesai proses kelahiran. Jam merangkak berganti hari. Hari berjalan berganti minggu. Minggu pun berlari berganti bulan. Sampai saat kelahiran pun tiba. Sorang bayi laki-laki. Kulitnya bersih. Wajahnya ganteng. Melihat itu, senangkah Leman? Tidak! Dia malah mengaku ada perasaan aneh di dalam hatinya. “Bagaimana ritualnya dulu?” tagih Leman sang istri. Lulus pun bercerita bahwa dalam ritual waktu itu, dia diminta masuk ruangan penuh asap. Sambil dibimbing untuk duduk, Mbah Ahmad berkata bahwa sebentar lagi Lulus akan masuk dunia trans. Antara sadar dan tidak. Pada saat itulah Mbah Ahmad akan menghadirkan ruh suami Lulus, Leman, untuk melakukan penyiraman bibit yang sudah ditanamkan jasad Leman. Lulus diminta melayani ruh sang suami seperti biasa melayani jasadnya. Pasrah dan ikhlas. Ritual seperti itu dilakukan hampir setiap malam sekitar tiga bulan, hingga dipastikan Lulus hamil. “Kalau Sampeyan jadi saya, Sampeyan percaya nggak kalau istri saya itu hamil anak saya?” tanya Leman kepada Memorandum. Jujur, Memorandum bingung menjawab. Mau mengangguk atau menggeleng. (habis) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasihSumber: