Akhir Perjalanan Mahasiswi Cantik Pemuja Ideologi Pancacinta (5)

Akhir Perjalanan Mahasiswi Cantik Pemuja Ideologi Pancacinta (5)

Gadis atau Janda, Eli Tetap Ditunggu Sakh Rukh Khan KW

Orang tua Eli lebih lunak. Selama Eli terus melanjutkan hubungan vs Agus, selama itu pula kesempatan kembali ke keluarga tertutup. Tapi andai mau meninggalkan Agus dan menikah vs Sakh Rukh Khan KW, pintu akan dibuka lagi. “Calon Eli tak peduli Eli masih gadis atau sudah janda, sampai kapan pun ditunggu,” kata As. Eli bergeming. Seberapapun beratnya, rumah tangga vs Agus tetap dipertahankan. Demi Pancacinta. Kekurangan materi yang terjadi hampir setiap waktu dianggap ringan. Kesalahpahaman yang menguras emosi dianggap sebagai bunga-bunga rumah tangga. Gagal meminta bantuan untuk menegakkan kembali usaha mereka, Agus lantas menjual motor. Inilah harta satu-satunya yang masih berharga. Demikian pula, Eli mempreteli satu demi satu perhiasan yang melekat di tubuh. Upaya itu pun ternyata tidak banyak membantu. Usaha makin bangkrut, sementara tagihan datang silih berganti. Eli yang terbiasa hidup susah, meski hidup di tengah orang tua kaya, masih mampu bertahan. Hidup di pondok pesantren yang penuh keprihatinan menempa Eli menapaki penderitaan yang entah kapan akan berakhir. “Aku sekuat tenaga terus bertahan,” tekad Eli, yang diungkapkan As. Nyaris di titik nadir, Eli merasakan adanya perubahan. Sedikit demi sedikit usaha yang mereka jalankan mulai menanjak. Mulai ada hasil yang bisa dinikmati. Ini sangat disyukuri. Eli menganggap ini adalah keajaiban yang turun dari langit. Betapa tidak, Eli menyadari sebenarnya usaha mereka berjalan seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya, namun rezeki seakan mengalir tanpa ada sumbatan. Setiap diminta menutup suatu kebutuhan, Agus sudah tak pernah lagi mengelak dan berjanji esok atau lusa. Agus selalu bisa spontan menutup kebutuhan tersebut. “Agus menyatakan ini mukjijat dari Tuhan,” kata Siti seperti ditirukan As. Lambat laun Eli mulai bisa menikmati perubahan positif dalam keluarga. Namun, itu tak lama. Kejadian Minggu pagi itu kembali memutar roda rumah tangga ke titik terbawah dalam perjalanannya. Ceritanya, hari itu Eli dapat undangan pengantin dari sahabat. Ketika hal itu disampaikan ke Agus, ternyata suaminya minta maaf karena tidak bisa menemani Eli. Agus beralasan sakit perut dan khawatir kambuh di tengah pesta. Siti pun berangkat sendirian dan terpaksa mengajak kerabat. Dia menjemput sang kerabat ke arah berlawanan dengan yang dituju. Setelah itu, baru Siti memutar jalan menuju tempat undangan. Apa yang kemudian terlihat? (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: