Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (10)

Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (10)

Jalan Tengah Perjodohan Putri Laila vs Pangeran Sabrang Kali

Ketika mengobati Andik, Paman Karim sempat kaget melihat jahitan bekas luka di perut Andik. Seperti tulisan ghain dan dal. Dia kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Laila. Laila mengangguk. “Memang dia orangnya, Paman. Kali pertama aku melihat tulisan ini dalam mimpi. Mimpi itu terbukti nyata. Aku melihatnya lagi secara langsung saat dia bertarung melawan Pangeran Sabrang Kali di Sungai Pamisah. Persis seperti dalam mimpi,” kata Laila. Setelah mendengarkan penjelasan Laila, Paman Karim menoleh ke Andik, “Maaf. Kami sudah lama menantikan kamu. Para ulama di sini meyakini kamulah yang bakal mampu merobohkan kelalilam kakak (ayah Laila, red) dan Sultan Tara. Namun kamu bukan dikenal sebagai Andik, tapi Pendekar Ghadi.” Karim lantas menjelaskan alasannya lari dari istana. Dia tidak setuju kakaknya memaksa ayahanda mereka mempercepat pewarisan kekuasaan, sampai akhirnya terjadi pembunuhan yang mengerikan sekaligus menjijikkan. Kekejaman dan kesewenang-wenangan ayahanda Laila, sebut saja Sultan Zalim, banyak membawa korban rakyat mereka sendiri. Terutama golongan pedagang dan petani. Mereke diperas keringatnya sampai nyaris kering kerontang. Hasil panen dan barang dagangan ditariki pajak tinggi. Sultan Zalim sebenarnya bermusuhan dengan Sultan Taram, penguasa kerajaan seberang Sungai Pamisah. Mereka memperebutkan sumber air di hulu Sungai Pamisah, yang baru saja diketahui ternyata menyimpan jutaan kubik batu mulia jauh di bawahnya. Perang sering pecah. Tentara kerajaan Sultan Zalim dipimpin langsung oleh rajanya, sedangkan tentara kerajaan Sultan Tara dipimpin putra mahkota, Pangeran Sabrang Kali. Sampai suatu saat Pangeran Sabrang Kali berhasil memukul mundur tentara lawan hingga pusat kerajaan. Saat itulah Pangeran Sabrang Kali melihat kecantikan Putri Laila. Dia terpana. Putri tersebut diculik dan ditawan di kerajaannya. Tentu saja kerajaan Sultan Zalim geger. Maka, dikirimlah utusan untuk melakukan perundingan. Dalam pertemuan yang langsung diwakili masing-masing sultan tersebut, Sultan Tara mengajukan pilihan tunggal: Putri Laila akan dipulangkan apabila Sultan Zalim mengikhlaskan hulu sungai sepenuhnya dikuasai kerajaan Sultan Tara. Sedangkan Sultab Zalim mengusulkan daerah hulu yang mengandung potensi batu berharga tersebut—yang baru diketahui kandungannya—dibagi dua. Sebagaimana kondisi sebelumnya. Daerah selatan untuk kerajaan Sultan Zalin, sedangka daerah utara untuk kerajaan Sultan Tara. Perdebatan sengit terjadi. Saat itulah Sultan Zalim melihat peluang perdamaian sekaligus kesempatan untuk melebarkan kekuasaan. Dia yang sejatinya sudah jenuh menghadapi peperangan yang tiada selesai akhirnya manawrkan jalan tengah. Jalan ini diyakini mampu memutus rantai perseruan dan membuka peluang baru menjalin perdamaian. Yaitu, menjododohkan anak-anak mereka. Pangeran Sabrang Kali vs Putri Laila. Deal. Maka, dirancanglah pernikahan akbar Putri Laila vs Pangeran Sabrang Kali. Untuk itu, Putri Laila harus menjalani pingitan. Sang putri dikarantina tidak boleh keluar dari lingkungan istana selama 40 hari. Di sela masa itulah, Laila kabur bersama Andik, pemuda yang baru dikenal dan ditemui secara kebetulan beberapa pekan sebelumnya. Waktu itu Laila sedang mengantar dayang-dayang kerajaan menikah. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: