Kasdim 0833 Kota Malang Daring dengan Maba STIKES Panti Waluyo, Ini Materinya

Kasdim 0833 Kota Malang Daring dengan Maba STIKES Panti Waluyo, Ini Materinya

Malang, memorandum.co.id - Meningkatkan rasa cinta tanah air, Kepala Staf Kodim (Kasdim) 0833 Kota Malang Mayor Arh Heru Sunyoto memberikan pembekalan wawasan kebangsaan (wasbang) secara daring dengan materi 'Pembinaan Berbangsa dan Bernegara' pada mahasiswa baru STIKES Panti Waluyo Malang, di ruang lobi Makodim 0833 Kota Malang Jalan Kahuripan, Kota Malang, Senin (31/8/2020). Pembekalan ini merupakan program pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru STIKES Panti Waluyo Malang. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menguatkan tekad dan semangat mahasiswa baru terhadap rasa tanah air, negara dan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Pembekalan wawasan kebangsaan ini penting untuk menjadi bekal yang berharga bagi mahasiswa termasuk dalam pembentukan karakternya sebagai generasi bangsa,” kata Kasdim 0833 Kota Malang. Pada mahasiswa baru itu, Kasdim 0833 Kota Malang menyampaikan dari dua sejarah kerajaan besar nusantara yaitu Sriwijaya dan Majapahit mengalami keruntuhan dan kehancuran karena ribut dengan terjadinya konflik internal sehingga tidak bisa mempertahankan persatuan negara. “Setalah runtuhnya Kerajaan Majapahit maka berdirilah kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di seluruh Nusantara,” katanya. Disampaikan pula, negeri ini mengalami penjajahan hingga selama 300 tahun lebih karena penjajah ingin menguasai negara yang memiliki kekayaan alam melimpah ini. Selanjutnya, menumbuhkan perlawanan oleh raja-raja Nusantara yang bersifat kedaerahan. Di antaranya dilakukan oleh Cut Nyak Dien, Antasari, Sultan Hasanudin, Patimura, Patih Jelantik, Sultan Salahudin dan Izak Huru Doko. “Mereka semua berjuang secara heroik membela bangsa, namun semua perang yang bersifat kedaerahan tersebut tidak berhasil mengusir penjajah dari wilayah nusantara,” terangnya. Dalam perjuangan dibutuhkan persatuan sehingga para pemuda-pemuda di nusantara ini mendirikan organisasi kepemudaan yang diawali berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 yang dikenal dengan kebangkitan nasional. Gerakan kebangkitan nasional ini adalah tonggak mewujudkan kesepakatan jiwa dalam kebersamaan, persatuan dan senasib seperjuangan sehingga melahirkan kesadaran serta tekad untuk bersatu. Kini, menurutnya sudah dilanda adanya proxy war sehingga perlu adanya pemahaman bahwa proxy war merupakan sebuah konfrontasi antar kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal suatu negara. Diharapkan, pada masa pandemi Covid-19 ini untuk senantiasa berpola hidup sehat dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. (*/ari/fer)

Sumber: