Pengakuan Korban: Trauma Diperdaya Penjahat hingga Pingsan
Gadis Rahayu (35), korban penjambretan di Jalan Sukomanunggal Jaya, tepatnya di depan Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya pada Senin (17/8) malam, mempunyai jiwa yang luhur. Meski wanita berhijab ini pernah dijambret hingga membuatnya tersungkur dan pingsan, ia tetap memaafkan pelakunya. Waktu itu, pelaku, Romy Adrian (31), warga Jalan Manukan Krido, berhasil ditangkap dan dihajar massa. Sedangkan pelaku lain yang menjadi pemetik (eksekutor) berhasil melarikan diri ke permukiman warga. Dari penuturan Gadis, ia masih dilindungi Allah karena kejadian itu tidak sampai merenggut nyawanya. Meski begitu, wanita ini harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Muji Rahayu untuk mendapat perawatan medis karena menderita memar di kepalanya. "Tapi penjambretan itu membuat saya trauma sampai sekarang," kata ibu dua anak ini saat ditemui di rumahnya, Rabu (19/8). Wanita berkaca mata ini mengungkapkan kejadian yang dialaminya. Waktu itu, korban usai jalan-jalan dengan suaminya, Muchamad Nur Salim (35), dan kedua anaknya mengendarai motor di daerah Manukan. Sialnya, dalam perjalanan pulang, tepatnya di depan Kejari Surabaya, Jalan Sukomanunggal, tiba-tiba dipepet dua pelaku yang mengendarai Beat. Selanjutnya seorang pelaku merampas tas cokelat yang dipangku korban. Tarikan keras itu, membuat Gadis terjatuh dari motor bersama anaknya. Mengetahui istrinya dijambret, suaminya spontan berteriak jambret. Pengguna jalan dan warga setempat yang mengetahui kejadian itu langsung mengejar para pelakunya. Hal itu membuat pelaku panik hingga menabrak tiang listrik yang terletak di pinggir Jalan dan pengendara motor lain. Setelah terjatuh, kedua pelaku tidak menyerah. Dengan meninggalkan motornya, mereka lari berpencar. Tapi, upaya Romy yang bertugas sebagai joki tak membuahkan hasil. Dia tertangkap massa saat bersembunyi di gorong-gorong, sedangkan temannya lolos. "Saya berdoa agar penjambretan ini menjadi yang pertama dan juga kali terakhir," harap Gadis. Meski begitu, tidak membuat Gadis sakit hati terhadap para pelakunya. Lantas apakah ia setuju jika pelaku yang tertangkap ditembak mati polisi?. "Saya tidak setuju kalau ditembak mati, kasihan. Lebih baik ditembak kakinya saja sebagai efek jera," pintanya. Alasan Gadis, mungkin pelakunya khilaf. Selain itu, imbuh korban, kejahatan timbul karena ada kesempatan. Gadis mengimbau kepada kaum Hawa agar selalu waspada di jalan. Jangan membawa barang yang mengundang penjahat, semisal bermain HP, menaruh barang di jok depan, maupun meletakkan tas sembarangan. Sementara itu, Nur Salim, suami Gadis, meminta pihak kepolisian supaya rutin merazia di beberapa titik-titik rawan kejahatan. Utamanya di Surabaya timur dan utara. "Menurut saya semua tempat rawan bagi perempuan," jelas pria yang mengaku menjadi driver ojek online ini. Ia juga senada dengan Gadis. Apabila ada penjambret yang tertangkap jangan ditembak mati. "Lebih baik dipotong saja tangannya," tandas Nur Salim. Nur Salim mengungkapkan, selama menarik penumpang di Surabaya barat, sering melihat di jalan, sejumlah wanita mengendarai motor sambil mainan HP, menaruh tas di jok depan, sehingga memberikan kesempatan terhadap pelaku kejahatan. Bahkan, masih kata Nur Salim, pernah mengantarkan penumpang yang terkena begal di Jalan Ahmad Yani. Menurut korban, ia dihentikan lima pelaku dan tasnya yang ada di jok depan dirampas. "Ini bukti jika pelaku beraksi karena ada kesempatan," pungkasnya. (rio/nov)
Sumber: