6.438 Pasien Covid-19 di Surabaya Sembuh
Surabaya, memorandum.co.id - Pasien yang sembuh Covid-19 di Kota Surabaya terus mengalami peningkatan setiap harinya. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, hingga Senin (10/8) pasien yang sembuh tembus lebih dari enam ribu orang. Kepala Dinkes Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, tercatat 6.438 pasien yang dinyatakan sembuh. Dalam satu hari kemarin, pasien sembuh di Kota Pahlawan ini sebanyak 130 orang. Mereka terdiri dari pasien rawat jalan isolasi mandiri, pasien rawat inap rumah sakit, dan pasien atau tamu Hotel Asrama Haji. “Rinciannya pasien rawat jalan sebanyak 100 orang, di Hotel Asrama Haji berjumlah delapan orang dan pasien rawat inap rumah sakit sebanyak 21 orang,” kata Febria, Selasa (11/8). Febria menjelaskan, dari jumlah 22 pasien rawat inap rumah sakit itu, rinciannya yakni, satu pasien dari RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH), satu pasien RS Brawijaya, dua orang RSU Haji, satu pasien RS Islam Jemursari, satu orang pasien dari RS Kapasari, satu orang pasien dari RS Menur, RS PHC satu orang. “Kemudian RS Premiere satu orang, RS RKZ dua orang, RS Royal satu orang, RS Lapangan dua orang, RSAL dr Ramelan satu orang, RSUD dr. Soetomo satu orang, empat orang dari RS Siloam dan dua orang dari RS Unair,” papar dia. Untuk pasien dalam perawatan berjumlah 2.487 orang. Mereka terdiri dari rawat jalan isolasi mandiri sebanyak 1.148 orang kemudian rawat inap rumah sakit berjumlah 1.071. Dan pasien di Hotel Asrama Haji sebanyak 268 orang. Sementara itu berdasarkan peta risiko bersatu lawan Covid-19 yang dikelola Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pusat, Kota Surabaya masuk zona oranye penyebaran Covid-19. Sebelumnya, Surabaya selalu bertahan di zona merah. Bahkan Surabaya menjadi daerah terbesar penyumbang pasien positif Covid-19 di Jatim. Ketua Rumpun Kuratif Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim dr. Joni Wahyuhadi mengatakan, pewarnaan risiko setiap daerah ini ditentukan Gugus Tugas pusat. Ada 15 kriteria dalam pewarnaan risiko atau zonasi tingkat risiko itu yang terbagi dalam tiga faktor besar: Epidemiologi, surveilans, dan pelayanan kesehatan. "Jadi risiko sedang misalnya oranye, itu bukan berarti orang tidak bisa tertular. Masih bisa. Karena kasusnya masih ada. Bahkan, yang sudah hijau pun tetap harus hati-hati. Artinya protokol kesehatan tetap harus ditegakkan," ujarnya.(udi/tyo)
Sumber: