Dihadapkan Pilihan; Yang Mirip Dewi Sandra atau Mirip Sandra Dewi
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Reno (39, samaran) tidak menyangka istrinya, sebut saja Karlina, dipanggil Yang Mahakuasa dalam usia yang masih sangat muda. Waktu itu, dua tahun lalu, usia Lina belum genap 36 tahun. Dia meninggalkan dua putri cantik. Lina dipanggil setelah setahun menderita kanker kelenjar getah bening,” kata Reno via telepon WA kepada Memorandum, beberapa waktu lalu. Tidak lama setelah kematian Lina, anak-anak Reno mulai menanyakan pengganti ibundanya. Mereka seolah mendesak agar ayahnya segera mencari pendamping baru. Seolah-olah. Masalahnya, Reno bingung atas permintaan kedua anaknya yang berbeda. Anak pertama, sebut saja Bunga (10), menyarankan Reno menikahi tantenya yang juga adik bungsu Lina, sebut saja Nani (27). Nani baru menyelesaikan studi S2-nya dan belum menikah. Dia sudah bekerja di perusahaan jaringan telekomunikasi papan atas. Tapi, Reno meyakini itu bukan murni pemikiran Bunga. Ada pihak-pihak tertentu yang diduga ngomporin Bunga. “Salah satunya ibu mertua sendiri. Beliau memang sering menyarankan saya turun ranjang ke Nani,” kata Reno. Alasan ibu mertuanya sederhana: agar anak-anak Reno vs Lina tidak diasuh orang yang mungkin saja salah. Mereka sudah akrab dengan Nani karena perempuan tersebut sejak remaja sudah tinggal bersama Reno dan Lina. Sejak bersekolah di bangku SMA-nya di Surabaya. Sedangkan anak keduanya, sebut saja Fania (8), mendorong Reno menjadikan Tante Nurul sebagai pengganti ibundanya. Nurul adalah tetangga depan rumah di kompleks perumahan tempat mereka, kawasan elite Surabaya Barat. Fania pun diyakini ada yang mempengaruhi. Ibunda Nurul, wanita karier yang mengabdikan dirinya di lembaga pemerintahan. “Keluarga Nurul memang amat baik kepada kami. Mereka selalu peduli setiap kami menghadapi masalah. Bahasa Jawanya: entengan.” Nurul juga masih gadis. Usianya masih sangat muda, 23 tahun. Dia baru lulus S1 dari perguruan tinggi negeri ternama di Kota Pahlawan. “Dua-duanya baik. Dilihat dari segi fisik maupun dari segi perilaku. Tidak ada yang tercela,” tegas Reno. Secara fisik Nani mirip almarhumah Lina. Wajahnya lembut seperti Sandra Dewi. Tindak tanduknya halus dan sopan. Sabar dan pandai mengalah. Hobinya menyenangkan orang lain. Sedangkan Nurul, lebih mirip Sandra Dewi. Gaya hidupnya ¬hlap-hlap-hlap. Loncat sana-loncat sini. Terbang sana-terbang sini. Dia selalu menginginkan hal-hal baru dalam hidupnya. Tidak suka yang statis. “Dia pecinta alam. Hampir setiap liburan, Nurul mengisi waktunya dengan berpetualang. Foto-fotonya selalu berlatar belakang gunung, laut, dan destinasi-destinasi wisata lain. Sepulang mbolang, istilah Nurul, dia sering pamer foto-foto dan oleh-oleh kepada almarhum (Lina, red) semasa hidup. Tentu juga kepada Fania.” Waktu itu Lina, sebagai orang rumahan yang jarang keluar rumah bila tidak ada urusan penting, hanya menanggapi celotehan dan pameran foto-foto Nurul dengan senyum. Fania yang dekat dengan Nurul sering merajuk kepada ayahandanya agar diajak mendatangi tempat-tempat yang barusan dipamerkan Nurul. Fania tampaknya memiliki jiwa petualang seperti Nurul. Pernah suatu saat Fania diajak ikut berlibur Nurul pulang kampung ke desanya di Probolinggo. Pulang dari berlibur, Fania menujukkan foto-foto dirinya dengan latar belakang sebuah danau dan hutan yang indah. Fania menjelaskan bahwa tempat wisata itu bernama Bukit Bentar. “Dia bercerita penuh semangat dan membangga-banggakan Nurul sebagai orang pinter dan lincah. Tahu banyak hal.” (bersambung)
Sumber: