Anda Orang Terkaya Nomer Satu di Dunia
Beranikah Anda menulis daftar orang terkaya seperti ini? 1. Saya (kekayaan dunia dan seisinya) 2. Budi dan Michael Hartono ( USD 37 M) 3. Widjaya Family (USD 9,6 M) 4. Prajogo Pangestu (USD 7,6 M) 5. Susilo Wonowidjojo (93 T) 6. Sri Prakash Lohia (USD 5,6 M) 7. Anthoni Salim (USD 5,5 M) 8. Taher (USD 4,8 M) 9. Benjamin Setiawan (USD 4,3 M) 10. Chairul Tanjung (USD 3,6 M) Mengapa nilai kekayaan Anda bertriliun-triliun melebihi harta pemilik Djarum dan BCA Hartono bersaudara bahkan Bill Gates sekalipun? Bahkan, lebih baik dari dunia dan seisinya. Padahal, mobil hanya satu dan itu pun yang biasa saja, seharga Rp 200-an juta. Padahal, rumah juga hanya 150 meter persegi. Padahal, untuk haji dan umroh pun harus menabung. Sebab, Anda menganggap rejeki itu tidak hanya materi, tidak hanya uang, tidak hanya rumah, tidak hanya mobil, tidak hanya deposito, tidak hanya sudah berapa puluh kali ke luar negeri. Rejeki itu, bisa hanya berwujud bangun jam tiga dinihari dalam keadaan segar bugar, tangan dan kaki masih bisa digerakkan, lalu mengambil air wudhu tanpa ragu, lalu menghadapNya dengan tenang dan khusyuk di teras rumah sehingga begitu terasa udara sejuknya. Lalu, bisa mengambil napas panjang dan dalam sepuas-puasnya tatkala udara masih bersih sebersih bersihnya. Belum didahului oleh pemotor, pemobil dan para pembakar sampah. Lalu, minum air putih hangat yang sebelumnya kita taruh di dekat sajadah. Di samping kita, ada istri yang mengenakan mukena ikut bersujud, khusyuk sekali. Sesekali terdengar isak tangisnya mendoakan orang tua, anak dan cucu-cucunya. Rak'atal fajri khoirun minad dunya wama fiiha (dua rakaat sebelum subuh, lebih baik dari dunia dan seisinya--HR Muslim 725). Berarti semiskin apa pun kita, jika sebelum subuh tadi kita melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, kata Nabi, kita mendadak menjadi orang terkaya sedunia. Berupa apa? Adalah rejeki besar, sewaktu pulang Subuhan dari masjid tadi, masih bisa jalan-jalan sambil menarik napas panjang atau olah raga pagi lainnya. Adalah rejeki besar, bisa menyirami bunga dan aneka sayur yang kita tanam. Lalu, sebagian kita petik untuk kita bikin lalapan hidangan sarapan dan sebagian yang lain dibagikan ke tetangga. Adalah kenikmatan terbesar bisa makan sayur made in sendiri berlauk tempe tahu. Adalah rezeki yang besar jika hari ini bisa berlapar-lapar puasa dan merawat orang tua yang jadi "kembang amben" (hanya di ranjang saja). Lapar puasa adalah kenikmatan tingkat tinggi dan merawat ortu yang sudah sepuh adalah ladang amal yang sungguh amat besar. Bukan beban namun kebahagiaan. Kenikmatan. Badan sehat, pikiran yang tenang, hati yang sabar, ikhlas, pemaaf, gemar mengalah, anak-anak yang taat, istri atau suami yang nurut dan salih/salihah, hidup yang selalu merasa cukup adalah rejeki yang luar biasa. Bisa mendampingi cucu bermain ke taman adalah rejeki yang besar. Bisa mengajari mengaji adalah rejeki yang besar. Masih kuat menggendongnya adalah rejeki yang besar. Bisa mendongeng kepadanya adalah rejeki yang besar. Merdeka bisa mengatur waktu sendiri dan tidak diuber-uber waktu adalah rezeki yang besar. Bisa tidur pukul 8 malam dan bangun pukul 2 pagi adalah rejeki yang besar. Lalu, bisa tidur siang sebelum atau sesudah duhur (qailulah) sekitar 30 menit adalah kemewahan hidup yang luar biasa. Itulah hidup berkelimpahan dari sudut yang lain. The billionaire in another angle. Fabi ayyi alaa i robbikuma tukazziban, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan. Hidup kita sudah berkelimpahan. Pandai-pandailah mensyukurinya. Salam! Ali Muradlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: