Sempat Melonjak, Kasus DBD di Tulungagung Berangsur Turun

Sempat Melonjak, Kasus DBD di Tulungagung Berangsur Turun

Tulungagung, memorandum.co.id - Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, mulai awal 2020 hingga Juni kemarin ditemukan 185 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan 3 kematian. Sedangkan memasuki Juli ini, kasusnya berangsur menurun. Sebaran kasus ditemukan di sejumlah kecamatan yang menjadi langganan DBD setiap tahunnya. Seperti di Kecamatan Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung dan kecamatan dengan jumlah penduduk yang padat. Kabid P2P Dinkes Tulungagung, Didik Eka mengatakan, dari 185 kasus, temuan paling banyak terjadi pada bulan Maret. Ada 11 kasus ditemukan pada bulan Januari, 55 kasus pada bulan Februari, 56 kasus pada bulan Maret dengan 1 kematian. Lalu 37 kasus di bulan April, 22 kasus di bulan Mei dengan 1 kematian, dan 14 kasus pada bulan Juni. Tiga kematian tersebut ditemukan di wilayah Kecamatan Kauman dan Gondang. Didik menjelaskan, tingginya kasus pada bulan Februari dan Maret dipicu oleh perubahan musim dari panas ke hujan. Itu mengingat siklus hidup nyamuk aides aidepty yang membawa virus ini tergantung dengan musim. "Iya benar, faktornya karena perubahan cuaca. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mengingat vector nyamuk ini menyukai lingkungan bersih dan air yang bersih juga. Biasanya diperoleh dari air hujan yang masuk ke wadah-wadah terbuka," terang Didik Eka, Rabu (8/7/2020). Pihaknya menganalogikan siklus nyamuk biasanya bertelur pada penghujung musim kemarau. Kemudian wadah-wadah terbuka yang selama ini berisi telur nyamuk akan dipenuhi oleh air hujan ketika musim hujan tiba. Saat itulah telur-telur nyamuk akan berproses menjadi larva dan seterusnya menjadi nyamuk dewasa. Sehingga ketika musim pancaroba tiba, biasanya ada lonjakan kasus temuan demam berdarah. "Maka itu pentingnya menutup, mengubur dan menguras agar jangan sampai saat kering dijadikan tempat nyamuk bertelur, kemudian saat hujan tiba telurnya menetas dan menjadi nyamuk dewasa," lanjut Didik. Oleh sebab itu, masih lanjut Didik, Dinkes maupun Puskesmas tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dan rutin melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayahnya masing-masing guna meminimalkan potensi temuan kasus. Namun jika sudah ada temuan dan penyebaran tak terkendali, maka satu-satunya jalan adalah dengan melakukan fogging. Didik menyebut, semester pertama tahun ini pihaknya telah melakukan fogging di 43 titik lokasi penyebaran demam berdarah. "Data di kami tahun ini ada 43 titik fogging yang sudah kita lakukan. Fogging dilakukan di sekitar 200 meter radius lokasi diduga penyebaran," pungkas Didik.(fir/mad)

Sumber: