Bagaimana Maju, Rukun Saja Sulit!
Pernahkah Anda melihat perhelatan besar yang dihadiri semua kalangan? NU hadir, Muhammadiyah ada, Persis juga terlihat, Hidayatullah muncul, LDII ada, MTA, bahkan PITI dan yang lain pun juga berada di sana. Forum apa kira-kira ya? Kita merindukan suasana seperti itu. Apakah mungkin? Mustahilkah? Siapa kira-kira pemimpin yang mampu dan berwibawa menyatukannya? Yang sementara ini terlihat justru sering terlihat berseberangan. Gerakan 212 yang sangat massiv itu misalnya, tidak bersuara sama. Ada yang ikut, ada yang tidak. Bahkan, ada yang berada di kubu sebelah. Yang satu memotivasi, yang satu menggembosi. Begitu juga ketika para tokoh kumpul di Senayan saat memprotes pembahasan RUU HIP, tidak semuanya terlihat. Kapan umat Islam kompak menyuarakan aspirasi yang sama. Sehingga yang disebut mayoritas, benar-benar terlihat mayoritas. Ia benar-benar jadi ombak, bisa menggerakkan air dengan begitu kuat. Kapal bisa tenggelam, karang bisa tumbang. Bukan buih yang mengapung ikut arus kemanapun pergi. Tidak ngefek. Akhirnya diremehkan, disepelekan, tidak terlalu dianggap. Tak diperhitungkan. Sejarah memberikan pelajaran terbaiknya. Ketika umat Islam gampang terbelah dan lengah, kiai-kiai kita dibunuhi. Dimasukkan sumur, hidup atau mati. Kita meratapi, menangisi. Anehnya, melupakannya lagi, tidak mengambilnya sebagai pelajaran yang bermakna tinggi. Ketika 57 negara-negara Muslim yang tergabung dalam OKI tak satu suara, begitu gampang Israel mencaplok Palestina. Hanya sebagian dari kita yang memprotesnya. Buih, bukan ombak. Israel makin tak terkendali. Akibatnya, ziarah ke masjidil Aqsa pun dibatasi dan diawasi serdadu Israel. Bercerai berai dalam satu agama, kompak hanya sebatas satu golongan, bagaimana mau membuat agenda besarnya? Kita berkali-kali gagal karena ini. Bikin partai gagal membesar. Semuanya punya syahwat membuat. Banyak dan kecil-kecil. Akhirnya puas dengan nunut dan bergabung dengan partai penguasa. Lumayan dapat jatah kabinet, meski "pinggiran". Bagaimana mau menggerakkan roda ekonomi umat, jika yang ada hanya buih. Melihat dahsyatnya umat yang tergabung dalam 212, maka lahirlah "212 Mart". Kecele: ternyata buih. Tidak nyantol. Sepi dan berguguran. Mengenaskan. Lalu, mana mayoritas itu? Apa manfaatnya? Belum ada. Karena kita masih jauh dari mengamalkan Al Imron 103: Dan, berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah, dan jangan bercerai berai. La tafarroqu, jangan bercerai berai. Begitu jelas perintahnya untuk kompak. Rukun. Tapi, sulit sekali mengamalkannya. Mari mengikhtiarkannya dengan riang gembira. Salam!(*) *Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: