CT dan Sentilannya kepada Para Ulama

CT dan Sentilannya kepada Para Ulama

Ini topik sensitif. Tapi, sesungguhnya sangat penting untuk kemajuan umat. Bos CT Corp Chairul Tanjung pernah "disidang" gara-gara ini. Pengusaha muslim yang namanya selalu bertengger di 10 orang terkaya Indonesia ini, mengatakan begini: "Ulamalah yang harus bertanggung jawab mengapa keadaan umat seperti ini. Ulama selalu mengajarkan akherat, akherat, akherat. Kalau ceramah isinya siksa kubur melulu. Tak pernah diajarkan bagaimana caranya umat ini kelak sukses di akherat, melalui kesuksesan di dunianya," kata CT yang mengulang cerita itu pada acara penerimaan MUI Award di Masjid Trans Studio Bandung, 20 April 2015. Mendengar itu, MUI yang sebetulnya mengundang CT untuk menyampaikan materi pemberdayaan ekonomi umat, merasa gerah. Forum yang dihadiri MUI pusat dan daerah itu, langsung meminta CT untuk bertabayyun, menjelaskan maksudnya. "Ya, saya jelaskan, bahwa diakui atau tidak, umat Islam punya pekerjaan rumah yang berat, untuk cepat berubah. Umat Islam jangan identik dengan miskin, kumuh, jorok, pendidikan kurang, malas. Tugas kita bersama-sama harus mengubahnya. Ke depan Umat Islam itu harus identik dengan pintar, modern, bersih, dan bisa bersaing dengan umat lainnya," katanya. "Untuk itulah saya membangun masjid ini dekat dengan pusat perbelanjaan, dengan pusat hiburan," lanjutnya. Syukurlah, semua ulama yang hadir akhirnya memahami maksud pemilik Trans Studio, Transmedia dan Bank Mega ini. "Saya malah dipaksa untuk bergabung dengan MUI. Saya jelaskan bahwa saya ini ngasih kuliah subuh saja tidak pernah, apalagi khotib Jumat, kok diminta jadi pengurus MUI," katanya. Akhirnya, MUI meminta alumni Kedokteran Gigi UI yang "tersesat" menjadi pengusaha ini, menjadi Wakil Ketua Dewan Penasihat MUI dengan urusan tunggal: pemberdayan ekonomi umat. Setujukah Anda dengan jalan pikiran CT bahwa umat Islam harus sukses akherat melalui kesuksesan di dunianya? Bukankah QS Al Qasas 77 berisi seperti yang dikatakan Menko Perekonomian di Kabinet Presiden SBY ini bahwa tujuan akhir memang akherat tapi kita tidak boleh melupakan kehidupan dunia kita (wabtaghi fii ma atakallah darul akhirah, wala tansa nasiibaka minad dunya). Sekali lagi PR untuk para ulama kita, pendakwah kita, bahwa jangan jejali umat ini hanya akherat, akherat, akherat, hanya siksa kubur, siksa kubur, tapi juga materi-materi bagaimana sukses menjalani hidup di dunia ini untuk menjadi bekal menyukseskan kehidupan akherat kelak. Dengan begitu: pasti etos kerjanya berubah. Dari malas menjadi pekerja keras. Dari jorok menjadi bersih, dari kolot menjadi modern. Dari bodoh menjadi pintar. Dari miskin menjadi kaya. Mari dengan riang gembira bersama-sama mengihtiarkannya: menangkap misi mulia "CT, si Anak Singkong" yang telah menjadi muslim yang telah berhasil membuktikannya. Salam KGI!(*) *Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: