Rommy, PPP, dan Jokowi
Oleh: Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) unjuk keberanian lagi. Lembaga antirasuah pimpinan Agus Rahardjo ini menangkap Ketua DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy lewat Operasi Tangkap Tangan (OTT), Jumat (15/3) pagi. Penangkapan Rommy, sapaan akrab Romahurmuziy, terkait pengisian jabatan di Kemenang (kementerian agama) pusat maupun daerah. Juga ditemukan beberapa uang dalam OTT yang terjadi di Surabaya, seperti kata jubir KPK Febri Diansyah, Banyak komentar atas penangkapan kali ini. Erick Thohir, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin juga ikut bicara. Penangkapan wakil ketua dewan penasihat TKN ini tidak ada kaitan dengan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di ajang pilpres. Pun diyakini tidak memberi pengaruh terhadap elektabilitas jagoannya. Pernyataan senada bermunculan. Contohnya Jubir Hukum PSI (Partai Solidaritas Indonesia) Rian Ernest. PSI terkejut atas kejadian ini, dan meminta KPK bekerja profesional menangani kasus ini hingga tuntas. Contoh lain, pernyataan Jusuf Kalla. Wakil Presiden RI sekaligus Ketua Dewan Pengarah TKN Jokowi-Ma’ruf Amin menilai, penangkapan Rommy berdampak pada PPP dan koalisi partai pendukung capres-cawapres 01. Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono berkata lain. Dia curiga terhadap motif dalam kasus ini. Ditangkapnya orang dekat Joko Widodo hanyalah korban kegagalan Joko Widodo dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan mental pejabat negara yang tidak korup. Lebih buruk lagi Poyuono menduga, Rommy tertangkap karena sedang mencari dana untuk kampanye Jokowi-Ma’ruf karena loyalitas Romi sangat dikenal tinggi terhadap junjungannya itu. Terlepas dari berbagai pernyataan yang ada, kasus Rommy menjadi tamparan keras bagi perpolitikan Indonesia. Serta, ujian berat buat ranah hukum negara ini untuk penegakannya. Semua akan terlihat jelas kalau kasus ini diusut tuntas. Dan dikawal ketat. Semua masyarakat pasti menunggu kelanjutan kasus ini. Jangan-jangan ada agenda lain dibalik kejadian ini. Misalnya ada unsur perpecahan di internal partai PPP. Atau juga ada unsur kecemburuan di internal TKN Jokowi-Ma’ruf Amin karena di tim ini ada banyak ketua partai politik yang mengaku dekat dengan jagoannya, Joko Widodo. Yang pasti, penangkapan Romi bersama lima orang yang dikabarkan terdiri dari unsur penyelenggara negara dari anggota DPR RI, unsur pejabat di kementerian agama, pejabat daerah di kementerian agama, dan swasta, itu memalukan. Sangat memalukan! Tidak mencerminkan diri sebagai tokoh politik nasional, atau tokoh masyarakat bermartabat. Bahkan Romi merugikan PPP yang kini memaksa seluruh kadernya deg-degan menghadapi pemilihan umum. Apalagi tinggal 33 hari lagi. (Mungkin) para kader PPP kini menyumpahi Romi. Terutama kader-kader yang dekat dengan Rommy dan sudah bermimpi jadi menteri atau anggota dewan baik di pusat, provinsi, atau kota dan kabupaten. Lebih pasti lagi, keburukan dari kejadian ini, Rommy menambah deretan ketua partai politik terkena OTT oleh KPK yang memalukan bangsa. Apalagi, partai Romi (Partai Persatuan Pembangunan) kini merupakan partai pendukung utama capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin yang tentu dalam kasus ini paling terimbas.(*)
Sumber: