Melihat Dua Lelaki Beradegan Mesra di Tepi Kolam
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Beberapa kali Eli memastikan Wahyu masuk hotel bersama wanita. Semua murid senamnya. Usianya bervariasi. Mulai yang masih muda denok-denok debleng hingga yang sudah oma-oma dan kulitnya perlu diseterika. Uniknya, Wahyu selalu tampak mesra justru ketika berjalan dengan golongan oma-oma. Mereka selalu berangkulan atau minimal bergandengan. “Aku masih menyimpan rahasia itu untuk diri sendiri. Kasihan Mbak Mala karena terlalu tinggi menaruh harapan kepada Mas Wahyu. Kalaupun terpaksa harus menyampaikannya, aku tidak tahu harus memulai dari mana,” kata Eli bernada keluhan. Apalagi, kata Eli, sepupunya tersebut pernah mengeluhkan kondisi sebenarnya Wahyu di ranjang. Dingin dan tanpa ekspresi. “Seperti yang kulihat ketika Mas Wahyu masuk hotel bersama wanita-wanita muda kliennya,” tambah Eli. Tapi, imbuh Eli, ekspresi berbeda terlihat ketika Wahyu menggandeng atau merangkul oma-oma. Cerah dan ceria. Sepertinya darah segar terpompa hingga ubun-ubun. Menurut Eli, ada pengalaman yang lebih mengagetkan. Itu terjadi tidak di wilayah kota, melainkan di luar kota. Batu. Waktu itu Eli bersama teman-teman kuliahnya week end di vila salah satu teman. Anak pejabat. Menjelang matahari menyelesaikan tugasnya menyinari siang, Eli dkk menyiapkan bakar-bakar di lantai dua. Eli yang belum kebagian tugas iseng memainkan teropong menikmati panorama sekitar. Ketika teropongnya mengarah ke suatu tempat, Eli menangkap pemandangan ganjil. Di tepian sebuah kolam renang tampak dua orang lelaki sedang beradegan mesra. Sayang, pemandangan itu hanya terlihat sepotong-potong. Ada poster bergambar caleg berkibar menghalangi pandangan. “Aku sempat membatin, apa mereka tidak sadar ya kalau perbuatannya diketahui orang lain?” kata Eli. Penasaran, hampir setiap saat Eli mengarahkan teropongnya ke vila berkolam renang tadi. Mencari adegan serupa? “Ya… eh tidak. Soalnya aku penasaran dengan salah satu dari lelaki yang bermesraan tadi,” katanya. Menurut Eli, lelaki tersebut sangat mirip dengan Wahyu. Tapi, itu tidak mungkin, karena ketika Eli pamit hendak menginap di rumah temannya, saat itu Wahyu sedang berada di rumah. Sarapan bersama Mala. “Tapi mungkin saja sih, karena kejadian itu kan berlangsung sore hari,” kata Eli mencoba-coba menganalisis persoalan. Sampai acara bakar-bakar selesai, teropong Eli belum juga menangkap gambar yang diharapkan. Malam itu dilalui Eli dengan rasa penasaran membuncah. Nyaris tidak bisa tidur. Keesokan harinya Eli mencoba mencari vila yang tertangkap teropongnya. Eli jalan-jalan sendirian putar-putar di sekitar kompleks. Setengah jam kemudian tak sengaja Eli melihat sebuah sedan sport terparkir di garasi terbuka sebuah vila. Sedan bernopol L xxx ML itu dipastikan milik Wahyu. Tidak meleset. Tak lama setelah itu Eli melihat Wahyu dan teman lelakinya keluar dari pintu rumah. Mesra. Seperti sepasang kekasih saja. Eli buru-buru menutup wajahnya dengan topi laken. (bersambung)
Sumber: