Kehadiran BNPB dan Menkes di Surabaya atas Instruksi Presiden
Surabaya, memorandum.co.id - Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo melakukan pertemuan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6) sore. Kepala BNPB Doni Morando menyampaikan, kehadirannya di Surabaya ini atas instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberikan dukungan penuh kepada masyarakat Jawa Timur, khususnya Kota Pahlawan. “Kami mengikuti terus perkembangan Kota Surabaya. Jadi langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh Kota Surabaya saya rasa ini sudah sangat baik,” kata Doni. Menurutnya, adanya peningkatan kasus terkonfimasi positif di Surabaya karena kerja keras untuk mengambil sampel-sampel dari berbagai kawasan. Namun begitu, rupanya Pemkot Surabaya sudah memetakan beberapa tempat yang dinilai ada pandemi itu. “Tentunya ini tidak mudah juga untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya itu ada yang positif. Dan ini suatu langkah strategi yang cukup cerdas,” tegas dia. Hadir dalam pertemuan tersebut Kapolrestabes Surabaya Kombespol Jhonny Edison Isir. Selain itu hadir pula Pangdam V/ Brawijaya Mayjen TNI Widodo IIryansya, dan Kapolda Jawa Timur Irjenpol Mohammad Fadil Imran. Dalam kesempatan itu, Wali Kota Risma memaparkan berbagai cara yang telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kota Pahlawan. Salah satunya yakni dengan masif melakukan tracing dan pemetaan suatu wilayah. "Ketika pertama saat kami menerima data seseorang itu positif di awal dulu kami selanjutnya mentracing. Jadi kami punya beberapa kluster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata dia saat mengawali paparannya di lobi lantai II Balai Kota Surabaya. Nah, dari hasil tracing itu, Wali Kota Risma menyebut, kemudian ditemukan ODR (orang dengan resiko). Dari dasar data itu, pihaknya kemudian mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ. Ia mencontohkan, misalnya dalam satu perusahaan setelah dilakukan tes ditemukan 1 orang positif. "Maka satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," paparnya. Setelah itu, kata dia, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi. Namun demikian, ia mengaku, ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri rumah. “Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan 3 kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin,” ujarnya. Di samping itu, Wali Kota Risma menyatakan, saat ini pihaknya terus gencar melakukan rapid test massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi. Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Intelijen Negara (BIN), dan BNPB karena telah membantu kebutuhan alat pelindung diri (APD) hingga alat kesehatan kepada Pemkot Surabaya. Sebab, ketika di awal, ia mengaku sedikit kesulitan karena keterbatasan alat kesehatan itu. “Jadi kita lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid dan sebagainya. Sampai hari ini rapid test kurang lebih sebanyak 27.000 orang,” katanya. Mendengar langsung paparan yang disampaikan Wali Kota Risma, Menkes Terawan Agus Putranto pun mengapresiasi. Bahkan, ia mengaku kagum dengan cara yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. “Saya melihat ini luar biasa Ibu, etosnya, semangatnya, meski dengan keterbatasan (alat) dan itu luar biasa. Kalau orang lain boleh menilai yang lain, tapi saya melihat ini luar biasa,” kata Menkes Terawan. Apalagi, Menkes menilai, ada sisi lain yang luar biasa dari upaya yang telah dilakukan Wali Kota Risma. Di mana rapid test massal yang digelar pemkot itu dapat memisahkan dan memetakan mana warga yang positif dan negatif. Terlebih, ketika diperiksa hasil rapid test reaktif namun swab negatif, maka bisa diketahui pula jika orang tersebut adalah calon untuk donor plasma. “Nah, dia pasti punya imunitas terhadap Covid-19. Artinya, imunitas di masyarakat sudah tumbuh dengan luar biasa dan ibu sudah melakukan hal yang baik, memisahkan dan sebagainya. Mudah-mudahkan ini bisa terus terdukung dengan swab yang sudah didatangkan,” katanya. Untuk itu, menkes menyatakan siap mendukung penuh Pemkot Surabaya dalam upaya percepatan penanganan Covid-19. Bahkan, dalam kesempatan itu, ia menawari langsung Wali Kota Risma untuk mendatangkan alat kesehatan jika kebutuhan di Surabaya masih kurang. “Kalau kurang lagi nanti kita datangkan lagi, tidak usah khawatir Bu. Bu Risma tinggal matur saja. Jujur untuk PCR swab test itu rebutan seluruh dunia. Jadi kalau kita bisa dapatkan, maka Pak Doni (Kepala BNPB) ini luar bisa menjalin konektivitasnya. Namun, yang lebih sulit lagi adalah perjuangan ibu wali kota,” jelasnya. Namun demikian, menkes berharap, semangat Wali Kota Risma bersama jajarannya dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tidak pernah pudar. Apalagi, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur. “Saya harapkan semangat yang ibu tunjukkan tidak luntur, tapi tetap harus sehat. Dan ibu tinggal telepon saya dan Pak Doni, kami akan mengupayakan yang terbaik untuk kota ini,” ujarnya. Setelah menyampaikan paparannya, Wali Kota Risma bersama jajaran kemudian mengajak Menkes dan Kepala BNPB meninjau Asrama Haji Surabaya. Di sana, rupanya rombongan sudah disambut puluhan warga yang telah dinyatakan sembuh dan negatif dari dua kali hasil swab. (udi/tyo)
Sumber: