Kata Teman Sekantor, Mertuanya Muncikari Top Markotop
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Album yang diambil Toni dari kamar misterius ayah mertuanya ternyata berisi nama dan foto cewek-cewek. Rata-rata syantik. Rata-rata seksi. Rata-rata bermata menggoda. Cewek-cewek tadi dibalut busana minimalis. Tampak isis bagi penggunanya. “Masa mereka tenaga kerja yang diberangkatkan Ayah sebagai TKW atau TKI?” pikiran ini menggelayuti benak Toni. “Ataukah itu tenaga kerja pilihan yang diperuntukkan sebagai resepsionis hotel dan restoran?” Berbagai kemungkinan silih berganti melintas di benak Toni. Ia merasa seperti ada benang merah yang putus antara perusahaan pengerah tenaga kerja dan cewek cantik. Tapi apa? Toni sulit untuk menyambungnya. Dia tidak tahu di mana letak titik putusnya dan di mana titik-titik yang harus disambung. Dalam kegalauan itu, Toni disamperin teman gurunya. Namanya sebut saja Koko (29). Guru kesenian. Dia memiliki grup band. Berbeda dengan teman-teman mengajarnya yang lain, Koko dikenal sebagai guru milenial yang sulit diatur. Suka semaunya sendiri. Hobinya mengonsumsi miras dan bermain cewek menjadi rahasia umum di kalangan guru. Walau begitu, Koko berhasil menampilkan diri sebagai sosok panutan di depan para murid. Dia bahkan dua kali dinobatkan sebagai guru teladan di mata siswa. Pada 2015 dan 2016. “Hobinya suka main cewek. Ini yang ada hubungannya dengan mertua,” katanya. Toni, yang bersama bandnya rutin tampil di resto sebuah hotel setiap Sabtu malam itu, pernah ditraktir temannya yang menjadi anggota dewan. Bukan makan-makan, melainkan mbooking cewek. Kata temannya tersebut (tak perlu disebut namanya walau hanya samaran), cewek yang bakal menemani Koko adalah satu di antara cewek-cewek khusus yang biasa dipakai pejabat dan pengusaha papan atas. Tarif terendah Rp 25 juta. Tertinggi tak terbatas. Dan, tidak semua pelanggan punya akses kotak atau menemui bos tertinggi cewek-cewek berbayar tadi. Sebab, di komunitas seks berbayar yang diikuti teman Koko, ada banyak tingkatan. Muncikari golongan A membawahi cewek-cewek dengan spesifikasi A. Muncikari B membawahi cewek-cewek dengan spesifikasi B. Begitu pula yang C. Jaringan mereka hanya bisa ditembus dengan menjadi member atau tandem pada orang yang sudah jadi member. “Lalu, apa hubungannya dengan ayah Toni?” tanya Memorandum. Setelah temannya ngontak bos tertinggi, dengan hati berdebar Koko menunggu muncikari golongan A membawa anak buahnya. Muncikari golongan A adalah yang tertinggi. Pemilik jaringan. Penguasa puncak. Tak lama kemudian yang ditunggu-tunggu mengetuk pintu.Ternyata muncikari golongan A yang dimaksud adalah Prayitno. Ayah Toni. Beruntung lelaki paruh baya itu kurang mengenal Koko. Apalagi, waktu dia dan rombogannya datang, kebetulan Koko sedang berada di kamar mandi. Dan wow… ketika keluar kamar mandi, Koko benar-benar merasa dikelilingi bidadari. Bidadari komersial. Dari lima cewek yang ditawarkan, tidak ada satu pun yang layak sortir. Semua bening-bening. Semua kinclong. Semua laik kosumsi. (bersambung)
Sumber: