Memilih Teknik Sablon Kaos yang Tepat: Plastisol vs DTF

MEMORANDUM.CO.ID - Dalam dunia sablon kaos, terdapat berbagai teknik yang bisa digunakan untuk menghasilkan desain yang menarik. Dua teknik yang populer adalah plastisol dan DTF (Direct to Film). 

Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mari kita bahas perbedaan keduanya agar Anda bisa menentukan pilihan yang terbaik:

Plastisol: Tebal, Tahan Lama, dan Warna Cerah

Plastisol menggunakan tinta berbasis PVC yang menghasilkan cetakan tebal, tahan lama, dan warna yang lebih cerah. Teknik ini sangat cocok untuk produksi kaos distro karena kualitasnya yang tinggi. Plastisol membutuhkan pemanasan yang tinggi agar tinta menempel sempurna pada kaos.

Kelebihan Plastisol:

    Tahan lama dan awet
    Warna cerah dan solid
    Cocok untuk desain sederhana dengan warna blok

Kekurangan Plastisol:

    Tidak cocok untuk desain dengan detail halus dan gradasi warna
    Membutuhkan peralatan khusus dan proses produksi yang lebih rumit

DTF (Direct to Film): Full Color, Detail Tinggi, dan Fleksibel

DTF (Direct to Film) memungkinkan cetakan full color dengan detail yang tinggi. Teknik ini lebih fleksibel dan dapat diaplikasikan pada berbagai jenis kain. DTF juga lebih cepat dalam produksi dan tidak memerlukan proses pemanasan yang rumit.

Kelebihan DTF:

    Dapat mencetak desain full color dengan detail tinggi
    Lebih fleksibel dan dapat digunakan pada berbagai jenis kain
    Proses produksi lebih cepat dan sederhana

Kekurangan DTF:

    Kurang tahan lama dibandingkan plastisol
    Tidak cocok untuk produksi kaos dalam jumlah besar

Plastisol vs. DTF: Mana yang Harus Dipilih?

Pemilihan antara plastisol dan DTF tergantung pada kebutuhan desain, anggaran, dan jenis produksi yang ingin Anda lakukan.

    Jika Anda membutuhkan cetakan yang tahan lama dan awet dengan warna yang solid, plastisol adalah pilihan yang tepat.
    Jika Anda membutuhkan cetakan full color dengan detail yang tinggi dan fleksibel pada berbagai jenis kain, DTF adalah solusinya.


Artikel ini ditulis oleh Andito Ramadhanu Arian, Mahasiswa magang di Memorandum.

Sumber: