Aturan Baru FIFA, Pemain Dilarang Meludah

Aturan Baru FIFA, Pemain Dilarang Meludah

Jakarta, Memorandum.co.id - Badan Sepak Bola Dunia FIFA mengeluarkan aturan baru berkaitan dengan kebersihan dalam pertandingan sepak bola. Bagi pemain yang melanggar, selain membuka baju juga meludah di lapangan, wasit yang memimpin diminta memberikan peringatan berupa kartu kuning. Larangan itu ditetapkan dalam rangka mencegah penularan Covid-19 kepada pemain lain. Seperti yang sudah banyak diinformasikan, saliva atau air ludah merupakan media untuk penyebaran berbagai penyakit, termasuk juga virus corona ini. Saliva yang mengandung virus yang berada di rumput selama beberapa jam bisa menjadi media penularan. Karena itulah, pada saat sepak bola hendak bergulir lagi, para pelatih punya tugas baru. Tak hanya menerapkan taktik atau strategi permainan di lapangan, tapi juga menghentikan kebiasaan para pemainnya meludah saat pertandingan berlangsung. Seperti diketahui, tidak membuang ludah merupakan hal yang sulit dilakukan. Bagi pemain sepak bola, meludah telah menjadi kebiasaan. Salah satu pemain itu adalah bintang Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang. Meludah ada sebabnya. Dalam keadaan kepanasan, membuang ludah di mulut bisa mengurangi rasa kering di tenggorokan. Dalam sejarah sepak bola modern, ludah juga pernah menjadi bagian cerita seru. Di Piala Dunia 1990, dua pemain, Frank Rijkaard dan Rudy Voller, saling meludah di lapangan. Tak disangkal lagi, meludah menjadi bagian tak terpisahkan dari permainan di lapangan hijau. Hal itu juga yang disadari oleh anggota Komite Kesehatan FIFA, Michel D'Hooghe. “Meludah seperti sudah menjadi kebiasaan dalam olahraga sepak bola. Padahal itu sangat tidak sehat,” kata D'Hooghe dikutip dari laman FIFA. Menurut dia, para pemain sudah harus bisa mengubah kebiasaan yang sebelumnya tidak pernah menjadi masalah. D'Hooghe menegaskan, saat sepak bola akan mulai bergerak lagi, sudah saatnya semua pihak berupaya maksimal untuk mencegah kebiasaan buruk itu. “Kebiasaan itu tidak sehat dan menjadi jalan yang baik untuk penularan wabah. Itu sebabnya kita harus berhati-hati pada saat memulai kembali. Saya tidak pesimistis, tapi lebih agak ragu-ragu,” kata D'Hooghe. Seruan D'Hooghe, yang berasal dari Belgia, itu disambut baik oleh ahli virus dari Universitas Cambridge, Ian Brierley. “Ketika seseorang terinfeksi meski tak memperlihatkan gejala, virus yang ada di tenggorokan akan menyebar dengan cara dia meludah,” katanya. Untuk itu, selain mengubah kebiasaan di lapangan, Brierley menyarankan agar para pemain mengurangi hal-hal yang bisa menjadi sarana penularan. Salah satunya saat mereka merayakan gol. “Para pemain harus mulai memikirkan cara mereka dalam meluapkan emosi saat mencetak gol. Mereka tidak lagi harus bersentuhan,” kata Brierley. (sr)

Sumber: