Pedagang Daging Sapi DTC Wonokromo Mengeluh Penjualan Menurun Akibat Isu PMK
Pedagang sapi di DTC Wonokromo tampak sepi.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Merebaknya isu penyakit mulut dan kuku (PMK) berdampak signifikan terhadap penjualan daging sapi di Darmo Trade Center (DTC) Wonokromo, Surabaya, Kamis 16 Januari 2025. Para pedagang mengeluhkan penurunan penjualan hingga 50 persen.
Halimah, seorang pedagang daging sapi yang telah berjualan lama di DTC Wonokromo mengungkapkan keprihatinannya. "Biasanya saya bisa menjual 2 kuintal daging sapi per hari. Sekarang, 50 kilogram saja tidak habis," ujarnya.
Ibu tiga anak itu, menambahkan pelanggannya yang meliputi pedagang bakso, soto daging, dan tahu campur, mengurangi pembelian di lapaknya. Meskipun ia telah mengantisipasi dampak PMK dengan mengambil daging dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kedurus, namun penurunan penjualan tetap signifikan.
BACA JUGA:Dampak Wabah PMK, Pedagang Keluhkan Penjualan Daging Sapi Anjlok
"Pelanggan saya mengaku dagangannya sepi. Biasanya beli 5 kg, sekarang hanya 2 kg. Katanya sih isu PMK, padahal di Surabaya belum ada kasusnya," tambahnya.
Halimah mengaku bingung dengan penyebab sepinya pembeli dan berharap kondisi pasar kembali ramai. "Pelanggannya mengaku dagangannya sepi pembeli. Makanya mereka mengurangi pembelian daging. Sekarang saya jual daging sebanyak 50 Kg per hari tidak habis," pungkas Halimah.
Hal senada disampaikan Bu Hom, pedagang daging sapi lainnya di DTC Wonokromo. Ia juga mengalami penurunan penjualan hingga separuh.
"Beberapa hari ini sepi memang. Penurunan separuh penjualan," kata Hom.
BACA JUGA:Mengapa Mencuci Daging Sapi sebelum Dimasak Justru Berbahaya?
Perempuan berhijab itu menduga penurunan penjualan disebabkan oleh berkurangnya pembelian dari pelanggannya, para pedagang soto daging dan bakso, yang juga mengalami penurunan pembeli akibat isu PMK.
Para pedagang daging sapi di DTC Wonokromo berharap isu PMK segera mereda agar penjualan mereka kembali normal. Mereka mengaku kesulitan menghadapi situasi ini dan berharap ada solusi untuk mengatasi dampak negatif dari isu tersebut.(rio)
Sumber: