Desa Dampingan PT Pertamina EP Poleng Field, Dari 7 Sumber Air Mengubah Doudo Menjadi Desa Mandiri

Desa Dampingan PT Pertamina EP Poleng Field, Dari 7 Sumber Air Mengubah Doudo Menjadi Desa Mandiri

Dua wisatawan menikmati potensi alam Desa Doudo. -Rahmad Hidayat-

GRESIK, MEMORANDUM.CO.ID - Canda tawa anak-anak bermain di kolam renang edukasi wisata dan teduhnya pohon rindang di sekitar sendang, membuat siapapun yang mengunjungi Desa Doudo, akan kerasan.  

Desa masuk di wilayah Kecamatan Panceng, Gresik ini berpenduduk sekitar 1.572 orang menjadi binaan PT Pertamina EP, Poleng Field yang kini mampu menjadi desa mandiri

BACA JUGA:Migas Jabanusa Monitoring PPM Sekitar Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field

Di mana masyarakat Desa Doudo yang sebelumnya sebagaian besar menjadi tenaga kerja migran, kini warga desa mampu menggelola potensi desa sehingga menjadi lebih mandiri. 

Kondisi ini, setelah kehadiran PT Pertamina EP, Poleng Field. Perusahaan pertambangan minyak dan gas milik NKRI mengawal dan membantu menggali potensi desa. 

BACA JUGA:Bu Anna Ingin Tenaga Kerja Lokal Dilibatkan di Pertamina EP

Hasilnya kini warga desa mampu memakmurkan daerahnya. Desa Doudo kini tidak lagi dikenal sebagai desa penghasil Jamal sebutan lain janda Malaysia. Karena saat itu hampir 60 persen warganya menjadi buruh migran. Namun menjadi desa yang mampu mengelola sumber daya alam secara mandiri. 

Kepala Desa Doudo, Sutomo, menjelaskan, sumber daya alam (SDA) mampu dikelola. Setelah pemerintah desa dibantu masyarakat menemukan 7 sumber air di sisi luar Desa Doudo. 

BACA JUGA:Pertamina EP Asset 4 Siapkan Protokol New Normal

“Meski awalnya kami sebagai wilayah yang kesulitan dan krisis air bersih,” kata kepala desa yang sudah tiga periode ini.

Pria yang akrab disapa Pak Tomo menceritakan, sebelum 2012, warga yang bermukim dengan 2 rukun warga (RW) dan 6 RT memiliki luas wilayah 102 hektare. 

BACA JUGA:PT Pertamina EP Lakukan Stabilisasi Operasi Central Processing Plant Gas Gundih

Bahkan Tomo menyebutkan, sumber air warga saat itu tergantung dengan sendang (kolam air tadah hujan). 

“Sampai akhirnya kami didatangi Jamal (sebutan janda Malaysia) yang ditinggal suami kerja di negeri Jiran Malaysia, akan kesulitan air. Apalagi saat bulan Ramadan,” aku Pak Tomo.

Sumber: