Warga Diminta Tidak Buat Disinfektan Sendiri

Warga Diminta Tidak Buat Disinfektan Sendiri

Surabaya, memorandum.co.id - Maraknya masyarakat membuat disinfektan secara mandiri, harus dihentikan. Sebab, bisa membahayakan kesehatan manusia. Hal tersebut ditegaskan Profesor Hamzah Fansuri, Dekan Fakultas Sains dan Analitika Data Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Menurut Hamzah Fansuri, pembuatan disinfektan secara mandiri ini tidak diperbolehkan. Karena, banyak disinfektan yang tak kompatibel atau sesuai jika dicampur dengan disinfektan lainnya. “Malah bisa menghasilkan produk yang berbahaya. Hasilnya bisa salah. Sifat disinfektan bisa hilang, dan menghasilkan produk yang berbahaya,” tegasnya. Guru Besar Fakultas Sains dan Analitika Data ITS menghimbau kepada masyarakat untuk tidak berinovasi dalam membuat disinfektan secara mandiri. Pasalnya, untuk membuat disinfektan harus memperhatikan bahan, kualitas dan konsentrasinya.“Kalau gak terlalu paham minta saran dari yang mengerti ilmu kimia, farmasi atau teknik kimia,” katanya. Dalam kesempatan itu ia menambahkan bahan kimia yang digunakan untuk disinfektan bisa mematikan bakteri, merusak virus dan sebagainya. Untuk disinfektan yang disemprotkan di area terbuka, digunakan untuk benda mati. Maka, jika diperlukan konsentrasinya bisa lebih besar supaya efek mematikannya tinggi. Sementara, untuk disinfektan yang disemprotkan di dalam bilik, konsentrasinya tak boleh tinggi. Kalau terlalu tinggi, memang bisa membunuh virus, tapi juga bisa merusak tubuh. Apabila terkena kulit, sel kulit masih bisa regenerasi. Namun, tidak boleh kena kelenjar mukosa pada hidung dan mulut. Sebab, kelenjar ini tak memiliki perlindungan sebagus kulit. “Kalau di dalam chamber (bilik disinfektan, red) yang aman, tutup mata dan tahan nafas. Gak lama hanya beberapa detik. Saya rasa aman, karena cairan yang dipakai konsentrasinya bisa ditolerir, tidak menyebabkan dampak jangka pendek dan jangka panjang,” urainya. (udi/gus)

Sumber: