Upacara Adat Wilwatikta di Lamongan Spirit Penyatuan Nusantara
Pemerintah Kabupaten Lamongan bersama Paguyuban Budaya Wilwatikta menggelar Upacara Adat Wilwatikta, Doa Bersama Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan dalam menyambut perpindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN),--
LAMONGAN, MEMORANDUM.CO.ID - Pemerintah Kabupaten Lamongan bersama Paguyuban Budaya Wilwatikta menggelar Upacara Adat Wilwatikta, Doa Bersama Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan dalam menyambut perpindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN), di Makam Nyai Andong Sari Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Peringatan tersebut menjadi pengingat sekaligus spirit memperjuangkan kemerdekaan dengan membawa nilai-nilai leluhur khusunya masa Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk bersama Maha Patih Gajah Mada dalam mempersatukan Nusantara dalam sumpah Amukti Palapa.
“Spirit Gajah Mada sebagai pemersatu Nusantara yang mempunyai daya juang menjelajah kesemua pulau-pulau yang disatukan dengan Sumpah Amukti Palapa, semangat heroisme yang harus diwariskan ke generasi bangsa, generasi saat ini untuk penghuni Indonesia emas 2045 mendatang,” tutur Bupati Lamongan Yuhronur Efendi.
BACA JUGA:Pimpin Apel Renungan Suci, Pj Gubernur Jatim Pesankan Isi Kemerdekaan dengan Hal Positif
BACA JUGA:Peringati Hari Pengayoman Ke-79, Kakanwil Kemenkumham Jatim Pimpin Upacara Ziarah Rombongan
Menurut Pak Yes sapaan akrab orang nomor satu di Lamongan, kesiapan tersebut harus ditanamkan mulai saat ini dengan mengenalkan para leluhur dan para pahlawan yang telah memperjuangkan kebinekaan tunggal ika untuk kemerdekaan Indonesia.
“Kewajiban kita semua menyiapkan Indoensia emas dgengan segala persiapan tidak hanya fisik, sarana prasarana infrastruktur, tetapi juga memelihara budaya yang kita miliki dengan berbagai keragamannya sampai nanti,” ucap Pak Yes.
Rangkaian upacara adat yang menjadi perjuangan penyatuan nusantara saat Kerajaan Majapahit hingga simbol perpindahan Ibukota Negara saat ini, dimulai dari kirab tumpeng robyong dari pusara Makam Nyai Ratu Andongsari, dilanjutkan kirab tumpeng pasinggitan/tumpeng wiro pinggit dari pusara Makam Gajah Mada, kirab 7 (tujuh) air suci (sapta pratala) dari pendapa kelahiran Gajah Mada, penyatuan tumpeng robyong, tumpeng gedong pasingitan/pasingitan, dan kendaga sapta pratala dengan ditutup doa bersama dari berbagai agama.
Sedangkan, tempat pelaksanaan yang dipilih didasarkan pada historis kepercayaan masyarakat mengenai pesemayaman ibunda Maha Patih Gajah Mada yakni Nyai Andongsari yang ditakini berada di Ngimbang. “Keyakinan ini mendorong kita mudah-mudahan akan segera ada bukti ilmiah sejarah yang bisa memperkuat keyakinan ini Nyai Andong Sari ada di Lamongan dan di tempat ini,” ujar Pak Yes.
Sementara itu, Ketua PB Wilwatikta Sriyaji Purwa Wiyasa mengungkapkan, keyakinan keberadaan makam Ibunda Maha Patih Gajah Mada di Ngimbang berdasarkan temuan-temuan pecahan artefak yang ditemukan di tempat tersebut yang kemudian didalami secara spiritual.
Sehingga, saat bertepatan dengan kemerdekaan Indoensia ke-79, hal ini menjadi momen yang sangat bearti bagi PB Wilwatikta dimana Ibu Kota Jakarta yang berasal dari peninggalan Belanda berpindah menjadi Nusantara dengan bangunan khas Nusantara.
“Berpindahnya ini membuka ruang kita semua bahwa Nusantara pernah berjaya di bahwah kepemimpinnan Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada. Di tanah inilah Gajah Mada di lahirkan oleh Nyari Ratu Tribuana Tungga Dewi yang menyamar menjadi Nyai Andong Sari,” pungkasnya.
Sumber: