Jangan Ya Dek Ya: Dari Prank Kocak Jadi Fenomena Viral di TikTok
Siapa yang tidak kenal dengan frasa "jangan ya dek ya" yang akhir-akhir ini sering kita dengar di berbagai platform media sosial, terutama TikTok? --tiktok dan IG
MEMORANDUM - Siapa yang tidak kenal dengan frasa "jangan ya dek ya" yang akhir-akhir ini sering kita dengar di berbagai platform media sosial, terutama TikTok?
Kalimat sederhana ini berhasil mencuri perhatian jutaan pengguna dan menjadi salah satu meme paling populer di Indonesia.
Fenomena "jangan ya dek ya" berawal dari konten kreator TikTok bernama Zhio Butto Pink, seorang pemuda kreatif asal Solo, Jawa Tengah.
Awalnya, Zhio sering membuat konten prank dengan mendekati anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Dengan gaya bicara yang khas dan pertanyaan-pertanyaan nyeleneh, Zhio berhasil membuat para penonton tertawa.
Salah satu pertanyaan yang paling sering dilontarkan Zhio adalah "sudah pernah makan bakso daging keramik belum dek?".
Saat anak-anak menjawab "belum", Zhio akan menjawab dengan tegas "jangan ya dek ya". Kalimat inilah yang kemudian menjadi viral dan ditiru oleh banyak orang.
Mengapa "jangan ya dek ya" Bisa viral?
Beberapa faktor yang membuat frasa "jangan ya dek ya" menjadi viral antara lain:
- Kesederhanaan: Kalimat ini sangat mudah diingat dan diucapkan.
- Fleksibel: Frasa ini bisa digunakan dalam berbagai konteks dan situasi.
- Humor: Pertanyaan-pertanyaan nyeleneh yang diajukan Zhio berhasil menciptakan humor yang menghibur.
- Efek domino: Semakin banyak orang yang menggunakan frasa ini, semakin populer pula frasa tersebut.
Dampak viral "jangan ya dek ya"
Viralnya frasa "jangan ya dek ya" tidak hanya memberikan hiburan bagi pengguna media sosial, tetapi juga memiliki beberapa dampak lain, antara lain:
- Meningkatkan popularitas konten kreator: Zhio Butto Pink dan konten kreator lain yang menggunakan frasa ini menjadi semakin terkenal.
- Munculnya berbagai macam variasi: Frasa "jangan ya dek ya" kemudian divariasikan dengan berbagai cara, menciptakan konten-konten kreatif yang baru.
- Menjadi bahan lelucon: Frasa ini sering dijadikan bahan lelucon dan meme oleh netizen.
Fenomena "jangan ya dek ya" membuktikan bahwa kekuatan media sosial sangat besar dalam menciptakan tren dan budaya populer.
Meskipun awalnya hanya sebuah candaan, frasa ini berhasil menyatukan jutaan orang dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. (mg21)
Sumber: