Mengenal Seni Beladiri Kempo di Indonesia yang Lahir di Kota Malang

Mengenal Seni Beladiri Kempo di Indonesia yang Lahir di Kota Malang

Ketua BKI Jatim Supriadi--

MALANG, MEMORANDUM - Kota Malang tidak asing bagi pegiat BKI (Beladiri Kempo Indonesia). Kota Malang memiliki andil besar, sebagai tonggak sejarah berdiri dan berkembangnya seni beladiri Kempo asal negara Jepang ini.

Ketua BKI Jatim Supriadi menceritakan Kota Malang sebagai tempat kelahiran olahraga beladiri Kempo.

“Kempo ini lahir di (kota, red) Malang sekitar tahun 1966, di kampus UB (Universitas Brawijaya, red),” ujarnya disela mengikuti FORKOT 1 Kota Malang, di Stadion Gajayana Kota Malang, Minggu 14 Juli 2024.

BACA JUGA:Buka Festival BKI FORKOT 1 Kota Malang, Ketum KORMI Sampaikan Ini

BACA JUGA:FORKOT Lombakan Egrang, Ketum KORMI Kota Malang : Untuk Meregenerasi Pegiat Olahraga Tradisional

BACA JUGA:FORKOT 1 Kota Malang 2024, Ketum KORMI Sofyan Edi : Tingkatkan Derajat Kebugaran dan Kesehatan

Saat itu tahun 1966, menurutnya untuk pertama kalinya beladiri Kempo dikenalkan pada sebuah acara di kampus UB Kota Malang. Yang mengenalkan pertama kali adalah Utin Syahraz. Ia salah satu mahasiswa yang mendapatkan kesempatan kuliah di Jepang dan bersamaan memelajari seni beladiri Kempo.

Pengenalan Kempo ini pun menarik minat kalangan mahasiswa, pemuda dan masyarakat sehingga beladiri ini semakin berkembang. Dalam perjalanannya, Utin Syahraz bersama dengan Ginanjar Kartasasmita dan Indra Kartasasmita. 

 BACA JUGA:Kick Off FORKOT 1 Kota Malang 8 Juli 2024, Ini Daftar Pegiatnya

BACA JUGA:FORKOT 1 Kota Malang Digelar Marathon, Ini Jadwalnya

Ketua BKI Jatim yang akrab disapa Adi mengaku terpanggil untuk membangkitkan dan mengembalikan kejayaan seni beladiri kempo di Kota Malang sebagai tempat kelahiran seni beladiri ini.

“Awal di Malang, kami mau hidupkan Kempo seperti dulu,” ucapnya

Memajukan seni beladiri kempo di Kota Malang untuk menandai bahwa di kota yang dieknal sebagai kota pendidikan ini sebagai peletak sejarah seni beladiri Kempo di Indonesia.

“Jangan sampai ini (sejarah, red) dilupakan,” tutur Adi bersemangat. (ari)

Sumber: