Glaukoma Duduki Urutan Kedua Penyebab Kebutaan

Glaukoma Duduki Urutan Kedua Penyebab Kebutaan

Surabaya, Memorandum.co.id – Jumlah penderita glaukoma hingga saat ini menyentuh angka 80 juta di seluruh dunia. Dalam rangka memperingati pekan glaukoma sedunia, seluruh dokter mata spesialis glaukoma menggelar sosialisasi kesehatan  tentang deteksi dini glaukoma. Kegiatan ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat mengenai bahaya glaukoma serta memberikan fasilitas pemeriksaan mata bagi masyarakat berisiko glaukoma. “Glaukoma saat ini sudah menduduki urutan nomor 2 penyebab kebutaan di Indonesia yang sifatnya permanen atau seumur hidup. Oleh karenanya, melalui kegiatan ini  dokter mata sub spesialis glaukoma  berupaya untuk mengedukasi masyarakat agar mampu mencegah terjadinya glaukoma,” ujar Dr. Lydia Nuradianti, SpM. Menurut dokter yang bertugas di RS Mata Undaan Surabaya ini, data Riskesdas 2018 bahkan menunjukkan bahwa prevalensi glaukoma untuk populasi masyarakat semakin meningkat. Saat ini 90 persen penderita tidak merasakan sakit dan 10 persen penderita disertai rasa sakit. Akibatnya, bagi penderita yang tidak merasakan sakit dan tidak menyadari perkembangan penyakitnya membuat mereka terlambat berobat ke dokter. Glaukoma merupakan kerusakan saraf optik akibat adanya tekanan bola mata, di mana akhir dari glaukoma adalah kebutaan. Kondisi hilangnya lapang penglihatan biasanya berjalan lambat dan kurang disadari oleh penderita, sehingga sering disebut sebagai pencuri penglihatan. Bahkan 3 juta orang di dunia menderita glaukoma, di mana 30 persen di antaranya tidak terdiagnosis. Padahal, 80 persen kerusakan mata bisa dicegah jika diketahui sejak awal. “Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan mata rutin, misal 3 tahun sekali bagi yang mengalami penurunan penglihatan dengan usia di atas 40 tahun. Sedangkan untuk pemeriksaan per tahun bagi yang berfaktor risiko,” jelas Lydia kepada memorandum.co.id Faktor risiko, lanjut Lydia, apabila ada keluarga menderita glaukoma segera periksa ke dokter mata secara teratur, usia 40 tahun ke atas, menggunakan obat-obatan an yang mengandung steroid jangka panjang, riwayat hipertensi, diabetes. Glaukoma bisa menyerang semua usia baik anak anak, remaja, dewasa, usia lanjut. Kegitan sosialisasi edukasi glaukoma ini dilakukan dengan berbagai cara, mulai dialog di sejumlah radio di Surabaya, penyuluhan ke masyarakat, ke puskesmas-puskesmas, seminar dan melalui media massa lainnya, termasuk media sosial. Tujuannya, mencegah gangguan penglihatan ini yang kian tahun kian bertambah. Selain itu, mendorong masyarakat untuk rajin memeriksakan indra penglihatannya ke dokter. (iku/gus)

Sumber: