umrah expo

Transportasi Publik Terbebani Subsidi Lebih Rp 100 Miliar, DPRD Surabaya Dorong Pemkot Kreatif

Transportasi Publik Terbebani Subsidi Lebih Rp 100 Miliar, DPRD Surabaya Dorong Pemkot Kreatif

Suroboyo Bus yang beroperasi di kawasan Jalan Embong Malang atau tengah kota.-Arif Alfiansyah-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Bus Suroboyo dan angkutan Wira-Wiri telah menjadi ikon serta harapan baru bagi mobilitas warga di Kota Pahlawan. Namun, di balik citra modern dan layanannya yang terus berjalan, tersimpan persoalan dasar yang mengancam keberlanjutan dan pengembangannya.

BACA JUGA:Naik Bus Suroboyo, Kini Lokasi Penukaran Sampah Plastik di Surabaya dan Sidoarjo Diperluas 

Defisit anggaran yang sangat bergantung pada subsidi dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).


Mini Kidi--

Ketergantungan ini bukan angka yang kecil. Menurut legislatif dana subsidi yang digelontorkan untuk menopang operasional kedua layanan tersebut ditaksir mencapai lebih dari Rp 100 miliar per tahun.

Angka fantastis ini, alih-alih menjadi modal untuk pengembangan, justru habis untuk menambal selisih antara biaya operasional dan pendapatan.

Hal tersebut menjadi sorotan tajam dari Josiah Michael, anggota Komisi C DPRD Surabaya yang membidangi pembangunan. Pihaknya menilai Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya kurang kreatif dalam mengelola transportasi publik, sehingga operasionalnya terus merugi dan membebani keuangan kota dengan subsidi yang mencapai lebih dari Rp 100 miliar per tahun.

BACA JUGA:Tambahan 10 Unit Bus Suroboyo Diluncurkan

"Jadi, saya kira perlu mendorong kreativitas dari Dishub, supaya transportasi publik ini bisa berjalan dengan baik. Karena kita tahu saat ini pengoperasian Suroboyo Bus dan feeder itu masih defisit, masih ditambal dengan subsidi dari APBD," ujar Josiah sapaan akrabnya.

Menurutnya, kondisi defisit ini menghambat perkembangan transportasi massal. Sementara tuntutan masyarakat untuk penambahan rute, peningkatan frekuensi layanan, dan jangkauan yang lebih luas terus meningkat.

"Tentu ketika ini terjadi, kita tidak bisa berharap transportasi publik kita bisa jadi bagus dan normal sesuai harapan masyarakat," tambahnya.

BACA JUGA:Josiah Michael Anggota DPRD Surabaya Desak Evaluasi Menyeluruh Pengemudi Suroboyo Bus dan Wira Wiri 

Di sinilah seruan agar Dishub lebih kreatif dalam mengelola aset transportasi publik menggema. Potensi pendapatan di luar penjualan tiket dinilai masih belum tergarap secara optimal. Salah satu solusi yang paling nyata adalah mengoptimalkan sektor periklanan.

Josiah mendorong Dishub Surabaya untuk mengejar pendapatan secara mandiri guna menekan, atau bahkan menghilangkan, angka subsidi.

"Ada banyak hal sebenarnya bisa dilakukan. Salah satunya tentu dengan menggandeng swasta melalui iklan," tegasnya.

BACA JUGA:Wali Kota Sebut MRT Tidak Beri Solusi Atasi Macet di Surabaya, Pemkot Bakal Tambah Wira Wiri  

Menurutnya, setiap jengkal aset transportasi publik adalah ruang iklan yang potensial. Mulai dari bodi bus eksterior, ruang interior, hingga halte dan bus stop yang tersebar di seluruh penjuru kota.

"Halte bisa dijadikan sarana iklan. Begitu pula dengan busnya, baik di luar bodi maupun di dalam. Ini harus dioptimalkan untuk membantu menekan angka subsidi itu, " kata Josiah penuh optimis.

Dengan berkurangnya beban subsidi, dana yang selama ini digunakan untuk menambal defisit dapat dialihkan untuk pengembangan.


Anggota Komisi C DPRD Surabaya Josiah Michael.-Arif Alfiansyah-

 "Jika subsidi bisa ditekan, bahkan ditiadakan, uangnya bisa dialihkan sepenuhnya untuk pengembangan layanan itu sendiri. Uang yang selama ini untuk subsidi, bisa digunakan untuk mengembangkan transportasi publik itu sendiri, seperti menambah trayek baru atau armada baru," jelasnya.

BACA JUGA:Insiden Feeder Wira Wiri Suroboyo Tercebur Sungai, Dishub: Ingin Hindari Pengendara Motor yang Menyalip 

Namun, persoalan tidak berhenti pada laporan keuangan. Kualitas sebuah sistem transportasi publik tidak hanya diukur dari armadanya, tetapi juga dari ekosistem infrastruktur pendukungnya sebuah aspek yang sering kali luput dari perhatian.

Josiah juga mengkritik fokus pemerintah kota yang dinilainya hanya pada unit transportasi, namun seringkali melupakan infrastruktur pendukung yang sangat penting bagi kenyamanan dan keselamatan penumpang.

"Kalau kita berbicara mengenai transportasi umum, sebetulnya bukan hanya transportasinya, tapi infrastrukturnya. Ini seringkali dilupakan," sorotnya.

BACA JUGA:Wira Wiri Nyemplung Sungai, 4 Orang Terluka Dilarikan ke Rumah Sakit 

Misalnya minimnya fasilitas penyeberangan. Menurutnya banyak halte dan titik pemberhentian bus tidak dilengkapi fasilitas penyeberangan jalan yang aman sepertijembatan penyeberangan orang (JPO).

BACA JUGA:Angkutan Wira Wiri Suroboyo Tercebur Sungai, Ini Penjelasan Warga 

"Ketika orang turun, dia mau menyeberang bagaimana caranya? Keselamatan jadi taruhan," ungkapnya prihatin.

Selain itu kondisi trotoar atau pedestrian yang menuju dan dari halte seringkali belum terintegrasi dengan baik. Jalur yang tidak nyaman, terputus, atau bahkan tidak ada sama sekali membuat warga enggan berjalan kaki untuk mengakses transportasi publik tersebut.

Kendati demikian, sitem transportasi publik saat ini belum menjangkau seluruh kawasan permukiman. Warga yang tinggal di perumahan seringkali harus menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai halte terdekat. Namun, pertanyaan mendasar muncul "Mereka akan parkir di mana?" Ketiadaan fasilitas seperti park and ride yang terintegrasi juga menjadi kendala.

"Mereka membawa kendaraannya sendiri, parkirkan di mana untuk mereka beralih ke transportasi publik?" tanyanya.

BACA JUGA:Naik Wira Wiri Suroboyo Merasa Nyaman, Tapi Nunggu Lama 

Di luar itu, masalah perawatan armada juga menjadi catatan. Beberapa unit bus disebutkan mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan dan penurunan kualitas fasilitas, seperti pendingin ruangan (AC) yang kurang optimal, Josiah menyebut perlunya evaluasi terhadap kinerja operator.

"Perawatannya harus dioptimalkan karena kita lihat ada beberapa yang kondisinya sudah mulai memprihatinkan. Untuk urusan perawatan, ini menjadi tanggung jawab operator. Selain memberikan servis, mereka juga terikat kontrak untuk merawat kendaraan," pungkasnya. (alf)

Sumber:

Berita Terkait