umrah expo

Legenda Jalan Gumitir: Saksi Bisu Pembantaian '65 dan Perjuangan Melawan Alam

Legenda Jalan Gumitir: Saksi Bisu Pembantaian '65 dan Perjuangan Melawan Alam

Gapura Masuk Gunung Gumiter Jember ke Banyuwangi --

JEMBER, MEMORANDUM.CO.ID - Gunung Gumitir di Jember, Jawa Timur, menyimpan sejarah kelam yang tak banyak diketahui. Jalur penghubung Jember dan Banyuwangi ini tak hanya menjadi urat nadi perekonomian, tetapi juga saksi bisu tragedi kemanusiaan. Jurang-jurang yang kini ditanami kopi dulunya adalah kuburan massal bagi para korban pembantaian yang dituduh terafiliasi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965.

Menurut sejarawan Jember, RZ Hakim, jalur darat yang membelah Gumitir awalnya hanyalah jalan setapak. "Menurut manuskrip Blambangan, sudah ada jalan lampau untuk warga lokal, berupa tanah dan biasanya dilewati dokar atau pedati yang ditarik sapi," paparnya, Jum'at 5 September 2025.

BACA JUGA:Jalur Gumitir Segera Kembali Normal, Proyek Penguatan Jalan Tuntas Lebih Cepat


Mini Kidi--

Sebelum era kereta api, jalur distribusi hasil bumi dari Jember harus memutar melalui jalur Pantura Banyuwangi-Situbondo. Ambisi Hindia Belanda untuk mempercepat pengiriman komoditas mendorong pembangunan infrastruktur besar. Jalur kereta api yang membelah Gumitir rampung pada 1904, diikuti pembangunan jalan darat yang diperlebar dan diperkeras.

"Secara tak langsung, ekspansi perkebunan memberikan pengaruh luar biasa untuk perkembangan infrastruktur," ujar Hakim, yang juga pendiri Studi Arsip, Sejarah, dan Lingkungan, Sudut Kalisat.

Perkebunan-perkebunan besar seperti NV. Landbouw Maatschappij Soekowono dan Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD) sangat bergantung pada jalur ini untuk mendistribusikan hasil panennya hingga ke wilayah Besuki dan Banyuwangi.

BACA JUGA:Jalur Gumitir Dibuka 4 September, Akses Jember-Banyuwangi Kembali Normal untuk Semua Kendaraan

Saksi Bisu Tragedi 1965 dan Kondisi Geologis

Hakim menceritakan kisah tutur yang menyebutkan bahwa pada 1965, jurang-jurang di sepanjang Gumitir, yang dikenal sebagai 'pal kuning', digunakan sebagai tempat pembuangan mayat. Kisah ini menjadi bagian dari sejarah kelam yang menyelimuti Gumitir.

Selain sejarah kelam, Gumitir juga menghadapi tantangan geologis yang serius. Menurut Hakim, gunung ini merupakan gunung purba yang rapuh dan sering mengalami longsor. Masalah ini semakin diperparah dengan perubahan vegetasi.

"Sejak awal, penanaman kopi oleh masyarakat di jurang-jurang itu sebetulnya perlu ditertibkan," ungkap Hakim, yang juga seorang aktivis lingkungan.

BACA JUGA:Kejar Target, Proyek Perbaikan Jalan Gumitir Dipercepat hingga Malam

Ia menjelaskan bahwa akar tanaman kopi tidak sekuat akar pohon-pohon besar yang sebelumnya mendominasi Gumitir. Akibatnya, tanah menjadi tidak stabil, mudah retak, dan longsor sering terjadi. "Ketika longsor, kopi akan membawa banyak tanah," tambahnya.

Sumber: