MEMORANDUM - Tak perlu diragukan sepak bola adalah olahraga yang sangat populer dari masa ke masa.
Olahraga tersebut otomatis menyita perhatian para penonton ketika digelarnya suatu pertandingan.
Dari penonton itulah mulai terbentuknya para suporter yaitu sekumpulan orang atau individu yang mendukung sebuah tim.
Di Indonesia sendiri fenomena suporter sangat sering dijumpai, apalagi di Indonesia banyak tim sepak bola yang memiliki suporter fanatik seperti, Bonek Mania pendukung Persebaya Surabaya, The jak Mania pendukung Persija.
Bbahkan hampir semua klub yang mewakili nama kota atau daerah pastilah memiliki suporter yang fanatik.
Memiliki basis suporter yang fanatik apalagi memiki massa yang sangat besar tentunya memiliki keuntungan bagai para klub.
Misalnya seperti jika pertandingan digelar di kandang sendiri akan banyak suporter yang akan hadir dengan begitu, otomatis tiket akan terjual banyak dan keuntungan lain dari segi finansial seperti pembelian merchandise.
BACA JUGA:Edukasi Suporter Indonesia dengan CMS
BACA JUGA:Usai Menang Atas Arema di Derby Jatim, Bonek Sambut Kedatangan Persebaya
Namun apakah suporter hanya sebatas pemenuhan finansial bagi klub?
Mungkin kita pernah mendengar istilah ”suporter not customer” hal itulah yang digaungkan oleh para suporter saat management klub hanya menganggap para suporter ini hanya sebatas orang yang akan membeli produk mereka.
Tentunya suporter tidak hanya sebatas itu, suporter hadir untuk mendukung klub yang dicintai.
Mereka rela meluangkan waktu, tenaga dan bahkan materi untuk mendukung klub kebanggaanya ketika bertanding kandang maupun tandang.
Hal tersebut membuat penilaian bahwa suporter hanya sekadar customer adalah pendapat yang keliru.
Munculnya kritik yang dilakukan oleh suporter
Dalam perkembangan dunia sepak bola, hal yang pasti ikut berkembang di dalamnya adalah perkembangan suporter.