Anak Muntah Darah, Diyakini Disantet Keluarga Warok

Jumat 08-02-2019,09:02 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Yuli Setyo Budi, Surabaya Baudi minta nomor HP dan WA Warok kepada tetangga. Namun, ketika dihubungi nomor tersebut ternyata tidak merespons. Baudi terpaksa sering pulang-pergi ke Ponorogo hanya untuk menemui Warok dan membicarakan nasib Ulum dan Titin. Nasib sial dihadapi Baudi. Sudah lebih dari sebulan upayanya tidak membuahkan hasil. Jangankan melihat batang hidung Warok, melihat bayangannya saja tidak. Saat terakhir ke sana, ketika pulang Baudi menemui kenyataan mengerikan: Baulum muntah darah. Spontan perkataan tetangga Warok yang menyatakan keluarga ini dendam terhadap keluarga Baudi menyeruak ke permukaan. Mereka yakin ini adalah pokal gawe Warok dan keluarganya. Apalagi, Baudi sempat mendengar Warok sekeluarga pergi ke Banten. Mengingat itu, Baudi tidak segera membawa Baulum ke dokter. Teriakan panik  Riamah tidak dihiraukan. Baudi secepatnya melarikan Baulum ke orang pintar di daerah Tandes. Sesampai di rumah si orang pintar, penderitaan Baulum tak kunjung reda meski sudah dijampi-jampi dan dirituali. Baulum malah lebih dahsyat batuk-batuk dan mengeluarkan darah. Orang pinter itu mengatakan Baulum mendapat serangan dari jauh. Dari timur. Mendengar itu, Baudi sempat bingung. Dari timur? Bukankah Warok dan keluarganya sekarang berada di Banten? Itu kan artinya berada di arah barat  Surabaya? Belum hilang kebingungan Baudi, Riamah muncul dan menyeret Baulum menuju mobil. Tanpa menunggu suaminya, Riamah mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit ternama di kawasan Jalan Diponegoro. Dengan sigap Baulum ditangani dokter. Diagnosis mereka, Baulum terkena tuberculosis (TB) paru. Akhirnya pemuda tersebut diputuskan harus menjalani rawat inap. “Ternyata TB paru sudah lama diidap Baulum, tapi tidak dirasakan,” kata Arman, yang ditemui Memorandum di tempat cangkruknya di Kebraon. Kata Arman, Baudi sempat kehilangan istri dan anaknya karena ditinggal begitu saja saat berada di rumah orang pintar di Tandes. Seharian ia mencari keluarganya, tapi tidak berhasil. Di rumah sendiri. Di rumah orang tua. Di rumah mertua. Di rumah beberapa kerabat. Semua nihil. Celakanya, HP mereka juga tidak bisa dihubungi. Di-WA dan di-SMS tidak ada respons, demikian juga ketika ditelepon. Terdengar nada panggil tetapi tidak diangkat. “Bu Riamah jengkel terhadap suaminya yang masih percaya terhadap klenik. Makanya dia tidak mau dihubungi dan sengaja tidak menghubungi suaminya. Baru setelah Ulum mendapat kamar di rumah sakit, Bu Riamah mengontak suami,” kata Arman seperti sambil menahan tawa. Ketika Baudi menemui anak dan istrinya di rumah sakit, tidak diduga mereka bertemu Warok dan keluarganya. “Pak Warok ke rumah sakit setelah menghubungi Bu Riamah. Beliau sempat kaget mendengar Ulum sakit,” kata Arman. Warok mengaku beberapa kali mencoba menghubungi Baudi, tapi selalu gagal. Makanya dia mencoba menghubungi Riamah. “Hal itu Pak Warok lakukan setelah mendengar dari tetangga bahwa keluarga yang dikosi anaknya itu pernah ke rumah Pak Warok,” tutur Arman. (bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait