Pohon Siwalan Bernasib Sial di Kota Pahlawan, Diabaikan dan Ditinggalkan

Sabtu 10-02-2024,04:04 WIB
Reporter : Moch Syaifuddin
Editor : Ferry Ardi Setiawan

MEMORANDUM - Siapa sih yang tidak kenal dengan pohon siwalan? Pohon yang menghasilkan minuman legen, tuak, dan buah yang rasanya manis itu,  ternyata bisa dijumpai di  Rejosari, Kelurahan Benowo, Kecamatan Pakal.

Pohon siwalan atau dikenal dengan nama lontar ini tumbuh subur di sana, terutama di ladang dan sawah milik warga. Pohon ini memang sangat mudah dikenali karena bentuknya menjulang tinggi seperti pohon kelapa.

BACA JUGA:AICIS 2024, Pemuka Agama Mancanegara Tanam Pohon untuk Pelestarian Lingkungan

Pohon siwalan sendiri termasuk jenis palma yang kokoh kuat, berbatang tunggal dengan tinggi 15-30 m dan diameter batang sekitar 60 cm.  Hidupnya, sendiri atau kebanyakan berkelompok.

Berdaun besar bisa digunakan sebagai bahan kerajinan dan media penulisan naskah lontar. Barang-barang kerajinan yang dibuat dari daun lontar antara lain adalah kipas, tikar, topi, aneka keranjang, tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisional di Timor.

BACA JUGA:Cargill Gandeng Warga Lokal Tanam 5.000 Pohon di Gunung Arjuno

Kayu dari batang siswalan bagian luar bermutu baik, berat, keras dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan.

Sedangkan daunnya bisa digunakan untuk berbagai kerajinan. Bahkan daun yang mudah bisa dipakai untuk membuat kupat atau pembungkus kue lepet.  Eloknya pada masa zaman kerajaan, daun siwalan dipakai untuk menulis sehingga ada istilah naskah lontar.

BACA JUGA:Dalam Rangka HMPI, Perhutani Tanam Pohon Bersama MDH

Sedangkan dari karangan bunga (terutama tongkol bunga betina) disadap. Air sadapan ini dapat dimasak menjadi gula atau difermentasi menjadi legen atau tuak, semacam minuman beralkohol buatan rakyat.Buahnya juga dikonsumsi, terutama yang muda. Rasanya mirip kolang-kaling, namun lebih enak.

BACA JUGA:Tanam Sejuta Pohon dan Sebar Bibit Lele Peringati HUT Polairud dan Korps Brimob

Pohon siwalan sendiri tumbuh subur di Benowo, khususnya di Rejosari. Pada tahun 1970 hingga 1980-an jumlahnya cukup banyak.  Bisa ribuan.

Tak heran di sana banyak kedai tuak dan legen serta buah Siwalan. Mayoritas warga berprofesi sebagai petani, juga memiliki tanaman siwalan di areal persawahan dan ladang.

BACA JUGA:Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia, TPS Tanam Pohon Ke-1.000

Seiring dengan perkembangan  zaman, pohon siwalan yang banyak memberikan nilai ekonomi bagi warga di sana,  mulai  banyak berkurang.  Perlahan namun pasti, siwalan itu mati karena tua. Sedangkan pembibitan tidak dilakukan sehingga jumlahnya berkurang drastis. Mungkin sekarang tinggal 100 hingga 200 pohon.

Kategori :