SURABAYA, MEMORANDUM-Ecological Observation & Wetlands Consevation (ECOTON) mengenalkan modul bertajuk Sekolah Bebas Sachet dan program Keluarga Sakenah kepada para pelajar di Jatim, Kamis, 1 Februari 2024.
Penulis modul Sekolah Bebas Sachet dan program Keluarga Sakenah, Firly Mas’ulatul Janah mengatakan, tujuan ditulisnya buku tersebut adalah untuk mengajak seluruh anak muda menjadi agen perubahan positif serta terlibat dalam berbagai solusi atas permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Sebab, kata Firly, anak-anak berusia 0-18 tahun di Surabaya pada tahun 2021 menderita diabetes. Jumlahnya sebanyak 176 anak dan mengalami peningkatan sebanyak 184 anak di tahun 2023. Hal ini berdasarkan data yang disampaikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
BACA JUGA:Modus Redivis Jual-Beli Pil Koplo, Kelabui Polisi dengan Menaruh di Tempat Sampah
"Penyebabnya salah satunya jajanan sachet dan minuman kemasan yang justru banyak penambahan gula, garam, dan zat adiktif," kata Firly usai memberikan pemaparan.
BACA JUGA:Sungai di Surabaya Dipenuhi Sampah Plastik, Ecoton Desak Produsen Bertanggung Jawab
Selain kasus diabetes pada anak, kemasan sachet juga berkonstribusi pada pencemaran lingkungan. Lantaran bentuknya yang berlapis-lapis membuat sachet susah dikelola, sehingga membuatnya dibakar bahkan dibuang ke sungai dan ke laut.
"Sementara penanganan seperti itu dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Karena itu, anak-anak bisa ikut terlibat aktif menjadi agen perubahan untuk menyelamatkan masa depannya," ajak Firly.
Dengan modul ini, anak-anak diajak menjadi pemimpin gerakan positif mulai dari lingkungan keluarga. Membentuk anak dengan karakter tersebut dan berani mengambil aksi diperlukan beberapa metode pendekatan.
Firly telah menyinggung di dalam modulnya bahwa ada 3 tiga pendekatan yang harus dilakukan. Pendekatan pertama yakni, membentuk sekolah bebas sachet. Lalu pendekatan kedua edukasi kepada kader lingkungan. Dan pendekatan ketiga membentuk Keluarga Sakenah (Sadar Kelola, Kurangi Sampah).
Acara peluncuran modul Sekolah Bebas Sachet dan Keluarga Sakenah disambut cukup baik oleh para guru sekolah yang hadir. Salah satunya guru sekolah dari SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, Khoirun Nisak.
“Dengan adanya modul ini, maka bisa mempermudah kami untuk menjadi panduan melakukan edukasi kepada anak-anak kader lingkungan. Selain itu, kebetulan sekarang kami juga memiliki sekolah dampingan untuk menuju sekolah Adiwiyata. Modul ini akan kami pakai untuk mendampingi sekolah dampingan kami yang akan maju ke Adiwiyata Kabupaten," terang Khoirun.
Dialog dengan para guru sekolah dan wali murid juga berjalan dengan sangat aktif. Salah satunya wali murid dari kader lingkungan turut memberikan masukan materi modul. Misalnya, Nindya Eka Destari.
“Modul ini sudah cukup lengkap, apalagi tentang materi-materi yang harus dikasih oleh seorang kader lingkungan. Hanya saja materi tentang hubungan spiritual atau keagamaan dengan lingkungan bisa ditambahkan lagi agar kemampuan anak-anak bertambah lagi," usul Nindya. (bin)