SURABAYA, MEMORANDUM - Aksi tawuran antarpelajar kembali pecah di di Jalan Kenjeran, Tambaksari, Surabaya, pada Sabtu dini hari, 9 Desember 2023. Akibatnya, nyawa seorang pelajar SMP melayang.
Merespons kejadian tersebut, Antony, psikolog dari Lembaga Psikologi Dr Soetomo berpendapat bahwa realita itu merupakan perilaku menyimpang dan sudah kelewatan. Sehingga orang tua harus mulai hadir untuk mengawasi anak-anaknya.
“Kejadian tersebut bukan kenakalan remaja lagi, tapi sudah kelewatan dan tidak bisa ditoleransi. Perilaku menyimpang seperti itu harus dicegah. Orang tua harus hadir dan mengawasi. Sebab ke depan dampaknya bisa semakin buruk kalau kelompok remaja tersebut tidak segera ditangani,” beber Antony dihubungi, Senin, 11 Desember 2023.
Menurutnya, aksi tawuran antarapelajar merupakan perilaku menyimpang. Rerata dilandasi oleh mereka yangs sedang krisis identitas. Banyak remaja yang tengah mencari jati diri namun dengan cara yang salah.
BACA JUGA:Polisi Amankan 3 Terduga Pelaku Tawuran di Jalan Kenjeran
“Kalau kejadiannya sampai seperti itu, maka pelaku harus dilakukan konseling. Harus segera ditangani,” tegasnya.
Antony tak memungkiri bahwa di era digital ini orang tua semakin kurang dalam memberikan perhatian terhadap anak. Di sisi lain, si anak semakin bebas dalam pergaulan. Ditambah si anak masih labil dalam menentukan arah dan tujuan hidup.
Akibatnya, anak bertingkah bebas. Tidak dapat memilah mana yang baik dan yang salah. Mereka kemudian mulai mengaktualisasikan diri dengan cara yang negatif.
“Perhatian kurang, komunikasi kurang. Harusnya orang tua memberi contoh bagaimana mendidik anak yang benar. Minimal ada pengawasan,” tandasnya.
BACA JUGA:Firasat Maut Pelajar SMP Sebelum Tewas Dibacok dalam Tawuran di Kenjeran
Berangkat dari kejadian ini, Antony berharap para orang tua mulai proaktif mengawasi anak-anaknya.
Di masa SMP, menurutnya anak-anak sedang berada pada fase mengaktualisasikan diri namun dibarengi dengan ego yang tinggi.
“Kejadian tawuran seperti itu didominasi oleh ego yang tinggi. Mereka ingin menunjukkan bahwa dia paling berani, berpengaruh di kelompoknya. Ingin menunjukkan dia populer dan disegani Namun caranya salah,” katanya.
“Dari kejadian ini, maka orang tua harus mulai sadar. Orang tua harus bergerak mengawasi, jangan diam saja,” sambung Antony.(bin)