SURABAYA, MEMORANDUM - DPRD Surabaya meminta pemkot untuk mengantisipasi lonjakan calon tenaga kerja baru di Kota Pahlawan. Salah satunya dengan melakukan deteksi dini dan mengoptimalkan aplikasi pencari kerja.
Disampaikan Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony, pemkot melalui Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnaker) Surabaya agar tidak puas diri dengan aplikasi yang telah dibuat selama ini. Yakni, aplikasi ASSIK (Arek Suroboyo Siap Kerja).
“Kita mendorong kepada semua pihak terutama dinas ketenagakerjaan untuk tidak sekadar puas dengan program ASSIK yang hanya membuat aplikasi informasi dari penyediaan informasi antara perusahaan dengan pencari kerja, itu tidak cukup," ucapnya, Minggu, 10 Desember 2023.
BACA JUGA:Pimpinan DPRD Ajak Arek Suroboyo Manfaatkan Bursa Kerja ASSiK
Menurutnya, aplikasi ASSIK harus dioptimalkan. Dia mendorong Pemkot Surabaya melakukan inovasi-inovasi untuk mengatasi calon tenaga dengan menggunakan big data yang terstruktur dan detail.
“Problem pengangguran bukan hanya sebagai masalah, namun bisa menggali potensi yang mereka miliki. Jadi di dalam aplikasi itu perlu dijelaskan siapa memiliki potensi apa, pendidikan apa, pengalaman apa. Kemudian itu nantinya juga perlu terdata atau terkoneksi di dinas kependudukan,” beber Thony.
Dia menjelaskan, saat ini Pemkot Surabaya sudah mendeklarasikan sebagai Kota Smart City yang berbasis teknologi. Oleh karenanya, peran dari OPD terkait dibutuhkan dan harus bisa menangkap potensi tersebut.
BACA JUGA:3.000 Pelamar Serbu Bursa Kerja Assik Surabaya
"Mereka yang masuk dalam jenjang pendidikan menengah atas, perguruan tinggi itu para calon pekerja yang harus diantisipasi terkait isu bonus demografi. Peran dinas sangat dibutuhkan untuk turun ke tingkat bawah memetakan problem tersebut,” tegasnya.
Lebih lanjut, AH Thony menambahkan, jika Surabaya berinovasi, yaitu terkait penambahan data keahlian dan hobi masing-masing penduduk, maka penyelesaian calon tenaga kerja dari hulu hingga hilir dapat diselesaikan.
"Harus berinovasi, setiap orang tidak hanya memunculkan pendidikan, tetapi harus lebih detail, yaitu jurusan apa dan seterusnya, diberi satu kosong. Masyarakat bisa secara mandiri mengisi, yaitu mereka memiliki hobi di bidang apa, mereka memiliki keahlian di bidang apa, itu dituangkan," pungkasnya.(bin)