Jebakan Resmi

Kamis 16-01-2020,08:59 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Dahlan Iskan Hari ini, tanggal 15 Januari, tanda tangan itu dilakukan di Gedung Putih. Kalau jadi. Itulah kesepakatan tahap satu perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok. Yang sudah lebih satu tahun ditunggu itu. Tentu selalu ada drama di baliknya. Soal perang dagang ini semula Tiongkok sudah bersikap terserah saja --perang terus atau berhenti perang. Saking berlarut-larutnya. Dan berbagai php di dalamnya. Lalu Washington menghubungi Beijing lagi. Minta pembicaraan dilanjutkan. Beijing tentu melayani. Sikap dinginnya belum sampai tingkat membeku. Prinsip hubungan antarnegara tidak boleh putus. Juga tidak boleh panas. Lalu muncul pertanda-pertanda. Washington menghendaki ada penandatanganan perjanjian tahap satu di awal Januari 2020. Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He pun siap-siap berangkat --akhir Desember lalu. Jelas, yang akan berangkat bukan Presiden Xi Jinping. Bukan pula Perdana Menteri Li Keqiang. Yang ke Washington 'hanya' tingkat wakil perdana menteri. Bahkan Liu He hanya salah satu dari wakil perdana menteri --meski memang yang paling dipercaya Xi Jinping. Rupanya Trump menginginkan Xi Jinping sendiri yang hadir. Kan acaranya di Gedung Putih. Trump akan hadir. Tidak imbang kalau yang dari Tiongkok 'hanya' wakil perdana menteri. Washington memang sudah beberapa bulan belakangan mengisyaratkan ini: untuk ada pertemuan tingkat tinggi Trump-Jinping. Tapi yang terakhir itu kelihatan terus menghindar. Waktu luang yang diperkirakan tepat adalah ketika Jinping pulang dari kunjungan ke Chili. Pesawatnya toh harus transit di negara lain. Untuk isi bahan bakar. Diharapkan Jinping bisa transit di Hawaii atau di salah satu kota di AS yang dilewati. Tapi Jinping pilih isi bahan bakar nun di satu negara kecil di Afrika Barat. Jinping memang lagi sewot. Terutama soal Xinjiang, soal Hongkong, dan soal Taiwan. Campur tangan Amerika ia anggap terlalu dalam. Karena itu Jinping memutuskan Liu He saja yang ke Washington. Toh bisa saja tandatangan itu tiba-tiba batal. Siapa yang bisa memprediksi sikap Trump yang suka berubah. Begitu Liu He siap berangkat tiba-tiba terbaca di Twitter. Yang diunggah Trump sendiri. Isinya: penandatanganan tahap satu perjanjian dagang AS-Tiongkok akan dilakukan tanggal 15 Januari. Berarti tidak jadi awal Januari. Di Twitter itu Trump juga mengatakan akan segera ke Beijing dalam waktu dekat. Untuk membicarakan kerja sama yang lebih besar. Tiongkok tidak pernah merespons keinginan Trump untuk berkunjung ke Beijing 'dalam waktu dekat' itu. Lewat Twitter itu Trump kelihatannya ingin pasang kuda-kuda: meski Jinping tidak datang ke Washington hubungan keduanya tetap baik --akan ada pertemuan di Beijing. Saat Twitter itu terbit masih ada waktu dua minggu bagi Liu He untuk berpikir: berangkat ke Washington atau tidak. Sambil menunggu Twitter-Twitter Trump berikutnya. Siapa tahu ada penundaan atau pembatalan. Barulah ketika kurang tiga hari Liu He benar-benar berangkat ke Washington. Mungkin sambil tetap memonitor Twitter sang presiden. Siapa tahu ada perubahan di hari-hari terakhir. Tidak ada. Sampai tadi malam. Entah pagi ini. Siapa yang menang di balik kesepakatan yang akan ditandatangani itu? Belum ada yang menang. Tiongkok belum menang karena ini hanya kesepakatan untuk tidak naik tarif lagi. Setelah tarif impor barang Tiongkok terus dinaikkan sebelumnya. Amerika juga belum menang. Tiongkok masih belum mau membeli barang hasil pertanian Amerika sebesar yang diinginkan Trump. Dua-duanya masih kalah. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok menurun. Tinggal 6 persen --dari sekitar 6,4 sebelumnya. Pun di Amerika --tahun lalu hanya tumbuh 2,3 persen dari rencana 2,9 persen. Tentu Amerika akan bisa menang. Syaratnya: perjanjian tahap satu ini hanya dipakai untuk 'jebakan Batman'. Misalnya: perjanjian ini akan dipakai oleh Trump untuk mengenakan sanksi yang keras kelak --dengan alasan Tiongkok melanggar perjanjian. Pasal pelanggarannya bisa dibuat kapan pun. Seperti ketika menghukum Huawei atau Iran. Juga seperti ketika Amerika tiba-tiba memasukkan Tiongkok dalam daftar negara yang memanipulasi mata uang. Tiba-tiba juga dua hari lalu membuat pernyataan mencabut Tiongkok dari daftar itu. Sanksi untuk perjanjian Washington itu pun akan menjadi resmi. Dengan alasan resmi. Tidak akan lagi dianggap sanksi yang semena-mena. Perjanjian itu memang menyebutkan sanksi yang keras bagi pelanggarnya. Jauh lebih keras dari sanksi WTO. Di WTO, negara yang dinyatakan salah diberi waktu memperbaiki 3 tahun. Di perjanjian Washington ini waktu yang diberikan hanya 90 hari. Tiongkok harus waspada dengan jebakan seperti itu. Siapa yang tahu dalamnya otak Trump. (*)  

Tags :
Kategori :

Terkait