Kondisi beras BPNT yang disalurkan untuk KPM di Sumenep. (foto Istimewa)
Sumenep, Memorandum.co.id - Bantuan pangan non tunai (BPNT) berupa beras yang sudah direalisasikan di Kabupaten Sumenep, banyak dikeluhkan Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Penyebabnya, kualitas beras yang diterima berkutu serta berbau apek.
Mastini (37), KPM warga Desa Laok, Kecamatan Dungkek mengungkapkan, kualitas beras BPNT yang diterima di desanya bahkan dinilai tidak layak dikonsumsi manusia. Padahal beras yang diterima itu dibeli. Seharusnya kualitas yang diberikan layak untuk konsumsi manusia, tidak seperti yang diterima saat ini. "Terpaksa tidak saya masak karena kondisi berasnya seperti itu. Takut kena penyakit. Berasnya saya buat pakan ternak," katanya, Minggu (12/1).
Ke depan, Mastini berharap kualitas beras BPNT yang diterima KPM diperbaiki. Jika kondisi beras masih sama, dia memilih tidak mau menerima. Kendati mengaku tidak tahu persis soal aturan pemberian kualitas beras BPNT, Mastini menegaskan bahwa KPM seharusnya menerima kualitas beras premium. "Kami akan menolak jika kualitas beras masih sama dengan yang lama," tegasnya.
Agen e-Warong, penyalur beras BPNT Desa Lapak Laok, Zulfa mengakui, kualitas beras yang didapatnya setelah direalisasikan memang banyak yang dikeluhkan. Mulai dari bau apek, berkutu, hancur, bahkan berulat.
Namun karena hanya sebatas agen setelah mendapat beras dari supplier sebelum disalurkan, dia tidak bisa berbuat banyak kendati sudah komplain. "Karena yang mengantar beras tidak memberi sampel beras seperti apa, tahu-tahu kualitas sangat jelek sekali," ungkapnya.
Komplain yang dilayangkan juga terkesan diabaikan hingga pengiriman kedua. Karenanya, Zulfa menegaskan menolak beras BPNT lagi jika kualitasnya masih sama. Namun, sikap itu bukannya tanpa risiko. Zulfa mengaku sempat diancam izin e-warong-nya dicabut oleh oknum supplier karena mencairkan barang bukan dari mereka. "Saya terpaksa mengambil barang (beras) dari luar karena tekanan dari masyarakat. Barang dari luar bagus dibanding dari supplier," tambahnya.
Penanggung jawab UD Azriel Amira, supplier BNPT Kecamatan Dungkek, Ahmad Imam Rosidi mengklaim, beras yang disuplai dari pihaknya tidak seperti yang dikeluhkan PKM Desa Lapa Laok. Keluhan itu bahkan tidak bisa dipicu karena beras dari UD Azriel karena bukan satu-satunya supplier ke e-Warong. "Karena soalnya juga tidak menyalahi aturan. Itu yang membuat kami kebingungan. Beras yang kami kirim itu bagus karena disaksikan agen bahkan ada penandatanganan bahwa beras dari kami tidak jelek," bebernya.
Ahmad Imam Rosidi bahkan mengungkap ada kemungkinan agen mengambil dari solo supplier atau supplier lain. "Jadi tidak bisa mengatakan kualitas beras dari kami jelek karena ada kemungkinan agen mengambil dari supplier lain atau menyuplai sendiri," sebutnya.
Data lainnya, Ahmad Imam Rosidi mengaku baru sekali mengirim beras ke agen. Yakni sekitar pertengahan Desember 2019. “Selanjutnya, tidak melakukan pengiriman lagi karena agen mengambil dari supplier lain,” ungkapnya.(uri/epe)